LAPORAN KEGIATAN BUDAYA GEMAR
MEMBACA
PEMUDA DAN CANDA
DISUSUN
OLEH:
NAMA : ARIF DARMAWAN
KEMENTERIAN AGAMA
MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 (MODEL)
LUBUKLINGGAU
TAHUN AJARAN 2015/2016
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN BUDAYA GEMAR
MEMBACA
PEMUDA DAN CANDA
DI SUSUN
OLEH:
NAMA : ARIF DARMAWAN
Mengetahui, Lubuklinggau, 31 November 2015
Kepala
MAN 1 (model) lubuklinggau Guru
pembimbing
RUSMALA DEWI
Z,S.S.Pd,MM SRI SURYATI, M.Pd
NIP:
196104031988032001 NIP: 196705172006042005
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat allah swt atas curahan rahmat dan karunianya sehingga saya
bisa menyelesaikan tugas resume ini yang berjudul. PEMUDA DAN CANDA Saya
membuat resume ini adalah untuk memenuhi tugas kurikulum MAN 1 (MODEL)
Lubuklinggau, untuk memberikan pengetahuan canda yang di terapkan oleh
rasulullah saw. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada orang tua saya yang
telah membantu doa sehingga saya mampu menyelesaikan tugas ini dan juga kepada
guru pembimbing dan rekan-rekan saya yang banyak mendukung serta membantu dalam
pembuatan resume ini
Semua
hal yang ada dalam resume ini berkaitan dengan di kehidupan sehari-hari,
bersikap dan berakhlak yang mulia, Saya menyadari resume ini masih jauh dari
kesempurnaan. Apabila ada keritik dan saran yang membangun tetap saya perlukan,
karena saya masih dalam tahap belajar. Semoga resume ini bermanfaat bagi kita
semua
penulis
DAFTAR ISI
Halaman
pengesahan.………………………………………………………...
Kata
pengantar………………………………………………………………..
Daftar
isi……………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang....................................................................................
B. Tujuan
kegiatan...................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyebab
banyaknya canda.................................................................
B. Pemahaman
yang salah terhadap Arti “Menghibur Diri”.....................
C. Untuk
menarik perhatian dan popularitas...........................................
D. Kebiasaan
menyiakan-nyiakan Waktu...............................................
E. Salah
didik dan bergaul dengan orang yang senang bersenda gurau..
F. Minimnya
pengetahuan dan pemahan tentang dien............................
G. Dampak
Positif dan Negatif yang ditimbukan canda..........................
H. Hukum
Canda......................................................................................
I. Perilaku
Rasulullah Saw Dalam Bercanda..........................................
J. Canda
para Ulama Shaleh....................................................................
K. Canda Orang-orang
zhalim.................................................................
L. Kaidah-kaidah
Canda...........................................................................
M. Jalan
Keluar bagi orang yang banyak Bercanda..................................
N. Masalah
penting lainnya sekitar Canda...............................................
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan..........................................................................................
B.
Saran....................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang kegiatan
Membaca
adalah kegiatan yang mendatangkan manfaat, beruntung bagi yang gemar membaca,
diantaranya membaca buku. Mereka yang suka membaca buku akan memperoleh banyak
informasi sehingga akan menambah pengetahuan dan wawasan yang luas. Informasi
tentang buku baru yang sering dimuat disurat kabar/majalah yang berupa artikel
resensi. Orang yang menyukai aktivitas membaca hasilnya mereka akan tidak akan
berpikir sempit ketika menghadapi masalah yang sedang dialaminya serta
mempunyai potensi dan kecenderungan yang bijak dalam menyikapi kejadian
sehari-hari disekitarnya.Tetapi bagi orang yang ingin berbuat lebih dan mau
berbagi ilmu kepada orang lain, membaca saja tidak cukup. Mereka perlu memiliki
keterampilan lagi. oleh karena itu penulis menyusun resume buku ini bertujuan
untuk mengetahui lebih dalam tentang pemuda dan canda dlam syariat islam
B.
Tujuan
kegiatan
Tujuan
dibuat resume agar pembaca mengetahui dalam perbuatan yang sering kita lakukan di kehidupan sehari-hari, seperti canda baik
untuk menghibur diri setelah serius berfikir,
membuat diri dicintai orang lain, dan membuat seseorang berakhlak lembut, supel
dan akrab dengan teman-teman. Tetapi perlu kita ketahui canda kita harus
mempunyai unsur tarbiyah(pendidikan). Hendaknya kita berbicara tentang masalah-masalah
yang pokok saja, tentang seputar dien atau hal-hal tidak menyimpang dari
segala syariatnya, sehingga menjadikan tertawa kita, tangisan kita berkumpul
dan berpisahnya kita, serta akhlak dan tingkah laku kita, dibawah naungan dien
yang kekal, yaitu dien yang disebarkan oleh guru kebaikan kita, Muhammad Saw.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENYEBAB
BANYAKNYA CANDA
Orang
yang mengamati realita hubungan pemuda dengan canda akan menemukan beberapa
kesimpulan dari penyebab keterkaitan sebagian besar pemuda dengan canda, antara
lain karena:
a. Pemahaman
yang salah terhadap arti “menghibur diri”.
Sebagian
pemuda mengira, satu-satunya cara untuk menghibur diri dan untuk menghilangakan
ketegangan adalah dengan canda (rumor).
Pendapat ini jelas merupakan suatu kesalahan yang cukup fatal, jika kita
mengkiatkannya dengan sirah dan manhaj Rasulullah Saw dengan menghibur dirinya
sendiri dan para sahabatnya.
Rasulullah
Saw telah bersabda kepada bilal Ra yang artinya:
“hiburlah
kita dengan shalat, hai bilal”
Para ulama mentakwilkan sabda Nabi Saw:
“Satu saat dan satu
saat”, bahwa seorang muslim ketika lelah dan capek dalam mencari rezeki dan
melaksanakan tugasnya sebagai khalifah fil ardh, wajib beristirahat dengan
berfikir kepada Allah, membaca kitab-Nya, dan mendirikan segala yang
disunnatkan-Nya. Wallahu A’lam.
b. Untuk
Menarik Perhatian dan Popularitas
Ada
pula sebagian pemuda mempergunakan canda untuk memamerkan kecerdasan dan
ketangkasannya agar semua mata memandang dengan rasa kagum kepadanya. Tentu
saja hal ini dapat menjerumuskan mereka ke jurang dosa karena sebagaimana kita ketahui
perbuatan yang diiringi dengan keriyaan termasuk perbuatan yang tidak diridhoi
Allah.
c. Kebiasaan
Menyia-nyiakan waktu.
Masih
banyak pula pemuda kita yang belum dapat menghargai nilai sebuah waktu. Mereka
menyia-nyiakannya dengan bergumul pada masalah-masalah yang sepele, dengan
mengikuti berita-berita yang tidak berguna,dan banyak tenggelam bersama
orang-orang yang suka bercanda yang hari-harinya penuh dengan rumor, obrolan lelucon
dan gelak tawa. Bila para pemuda kita selalu bergerumul dengan kehidupan yang
demikian maka sudah bisa dipastikan, mereka akan menjadi sulit mengendalikan
diri karena itu tidak mengherankan bila sering terjadi hal-hal yang tidak
direncana sebelumnya. Mereka juga menjadi sulit
untuk membedakan mana perbuatan dan perkataan yang baik yang buruk.
d. Salah
Didik dan Bergaul dengan Orang yang Senang Bersenda Gurau.
Tak
heran lagi, anak terdidik atas akhlak ayahnya/orang tuanya. Karena itu orang
tua yang mendidik anaknya atas dasar
canda dan membuat anak-anaknya menjadi jauh dari hal-hal yang serius, maka
lambat laun mereka akan melihat buahnya. Yang jelas, anak tersebut kelak akan
menyusahkannya.
Banyak
bergaul akrab dengan orang-orang yang hidupnya selalu dipenuhi dengan canda,
dan bersantai ria juga akan dapat mengelincirkan kita kepada
kesenangan-kesenangan bercanda bergurau. Jika ini terjadi maka dapat
mengakibatkan kita menjadi jauh dari kebenaran.
e. Minimnya
Pengetahuan dan Pemahaman tentang Dien.
Kemana
pelarian hati yang hampa dari mauizha (petuah-petuah)? Jelas, pelariannya
kepada canda yang penuh dengan gelak tawa dan ta’liq-ta’liq mengejek. Karena
itu tempat-tempat pertemuan atau majelis-majelis yang tidak ada orang alimnya
akan menenggelamkan kata-kata serius kepada kata-kata yang penuh dengan lelucon
kosong dan perkataan yang sia-sia.
B.
DAMPAK
POSITIF DAN NEGATIF YANG DITIMBULKAN CANDA.
a.
Dampak Positif
Para
pakar pendidikan mengatakan bahwa dampak positif canda hampir terkumpul dalam
dua hal, yaitu:
1.
Untuk menyenangkan teman-teman dan
menunjukkan rasa kasih sayang kepada mereka. Hal itu bisa terwujud dengan
mengucapkan kata-kata yang baik dan memperlihatkan sikap yang sopan kepada
mereka.
Hal
ini telah dita’birkan oleh Abu Al Fath Al Basaty lewat syairnya:
“jika
engkau beri dia canda, hendaklah dengan kadar seperti engkau memberi garam pada
makanan”.
2.
Untuk menghilangkan rasa takut, marah,
dan kesedihan.
Menghilangkan
kesedihan dengan canda yang wajar juga sangat diharapkan. Dikisahkan ada
seorang pertapa yang selalu berada di tempat pertapannya. ‘Ubaidillah bin
Aisyah berkomentar tentang petapah itu, “tempat pertapaannya telah membuat
dirinya sempit. Jangkauan akalnya menjadi pendek. Coba kalau ia meninggalkan
kehidupannya yang demikian dengan berpindah dari satu kondisi ke kondisi yang
lain, niscaya simpul yang sempit itu dapat bernafas dengan leluasa.
Keseriusannya pun akan balik kembali dengan aktivitas dan keseriusan yang
baru.”
b. Dampak
Negatif
Damapak
negatif yang timbul akibat banyak bercanda adalah:
1. Melampaui
garis ketentun Allah swt dan Rasulnya, karena di dalam canda, kebohongan seakan
telah menjadi suatu hal yang biasa. Ghiba (umpat-mengumpat) seakan menjadi
dibolehkan, dan memperolok-olok dien acapkali terlontar (baik sengaja atau
tidak).
2. Mematikan
hati.
Sebagai orang muslim
kita harus mencurahkan seluruh tenaga demi mencapai kehidupan yang damai dan
hati khusyu’ dalam mengingatNya. Orang yang banyak bercanda tentu tidak akan
dapat lagi menghidupkan hatinya dengan khusyu’ dalam mengingat allah.oleh
karena itu rasullullah bersabda yang artinya:
“ janganlah kamu banyak
tertawa, karena banyak tertawa itu mematikan hati(klabu).”
3. Banyak
bercanda bisa melunturkan wibawa sehingga membuatnya diremehkan orang.
Sayyidina ‘umar bin
khathab pernah berkata, “barang siapa banyak tertawa, maka akan berkurang
wibawanya. Barang siapa banyak bercanda, ia akan diremehkan, dan barang siapa
memperbanyak melakukan sesuatu, niscahaya ia akan dikenal karenanya.”
Al Mawrdi berkata,
“yang termasuk aibnya cara ialah hilangnya wibawa dan kebaikan diri si pecanda
itu. Hal ini menjerumuskannya ke dalam golongan orang-orang yang hina dan
bodoh.”
Seorang penyair memberi
nasihat dalam penyairnya.
Jauhkan. jauhkan dirimu
dari canda sesungguhnya ia akan mengalirkan pada dirimu sifat kekanak-kanakan
dan aib yang hina, bagai menghilangkan embun wajah sesudah sebelumnya elok, dan
mewariskan kehinaan setelah sebelumnya mulia.
4. Menimbulkan
sifat dengki.
Canda yang tidak pada
tempatnya atau bercanda yang berlebihan dapat menimbulkan permusuhan dan dengki kepada orang lain.oleh
karena itu khalifah Umar bin Abdul Aziz memberi nasihat,”takutlah kalian pada
canda, karena canda sesuatu yang dungu yang dapat mewariskan rasa dengki.
Banyak sekali contoh-contoh
tentang negatifnya canda. Contoh yang paling keras adalah yang disebut dengan
maqlab, yaitu canda yang tercela, yang terkadang dapat berakibat pada timbulnya
pembunuhan, atau dapat menimbulkan salah satu penyakit kejiwaan.
C.
HUKUM
CANDA
Menurut
Ibnu Abbas Ra, bercanda dengan sesuatu yang baik adalah mubah (dibolehkan).
Rasulullah Saw pun sesekali juga bercanda, tetapi Rasulullah tidak pernah
berkata kecuali yang benar. Hal ini telah dituturkan oleh Ibnu Abdul Bar. Canda
hukumnya adalah sunnah dan dianjurkan karena di dalam canda ada unsur mengibur
hati dan membuat sussana menjadi hangat. Cuma diisyaratkan agar ketika bercanda
hendaknya dihindari perbuatan qadzaf (maki-makian) dan ghibah
(mengunjing/memfitnah), serta tidak berlebihan sehingga tidak sampai
menghilangkan rasa malu dan tidak mengurangi wibawa. Tatkala bercanda juga
harus dihindari dari tindakan dan perkataan yang keji karena hal itu dapat
menimbulkan iri hati dan kedengkian yang tersembunyi.
D.
PERILAKU
RASULULLAH SAW DALAM BERCANDA
Di
dalam kitab-kitab hadist sangat sedikit dibicarakan tentang bagaimana perilaku Rasulullah
dalam bercanda. Ini menunjukkan bahwa dalam kehidupan Rasulullah Saw lebih
banyak keseriusan. Tetapi ini bukan berarti bahwa Nabi Saw selalu bermuka masam
(cemberut) dan dingin. Salah seorang sahabat menyifati Rasulullah Saw dengan
perkataan, “saya tidak pernah melihat orang yang paling banyak tersenyum selain
dari Nabi Saw.
Hal yang paling serius yang harus paling
kita “seriuskan” adalah dalam
mengqudwahi (meneladani). Perilaku Rasulullah dalam bercanda dan tersenyum,
bahkan dalam semasa berkata.
Di bawah ini kami paparkan sekelumit
perilaku Rasulullah Saw dalam bercanda.
1. Anas
bin Malik Ra mengatakan bahwa Rasulullah pernah bercanda kepadanya dengan
perkataan Dzal Udzunain ( wahai pemilik kedua telinga).
2. Dari
Anas bin Malik Ra, di berkata,”Rasulullah Saw bergaul dengan kami sampai beliau
berkata kepada saudara kecilku,”wahai Abu ‘Umair, apa yang dikerjakan An
Nughair ( nama seekor burung kecil milik Abu ‘umair)”.
3. Anas
bin Malik Ra meriwayatkan, “ada seorang lelaki meminta kepada Rasulullah agar
sudi mengangkatkannya ke atas seekor unta untuk di naiki. Lalu Rasulullah
berkata kepdanya (sambil bercanda),”Aku akan membawamu seekor jantan dari unta
betina. “lelaki itu menyahut dengan nada kebingungan, “ya Rasulullah, apa yang
akan kuperbuat dengan anak unta betina itu?” mendengar pertanyaan yang bernada
tidak mengerti itu, Rasulullah bersabda menegaskan,”tidak ada yang melahirkan
unta kecuali unta-unta betina.
4. Al
Hasan bercerita, “seoarang perempuan tua
pernah datang kepada Nabi Saw. Ia berkata, “ya Rasulullah berdoalah kepada
allah agar saya dimasukkan ke dalam surga.” Rasulullah Saw lalu berkata
kepadanya, “wahai ummi Fulan, surga tidak dimasuki perempua tua.” Perempuan itu
lalu pergi sambil menangis. Kemudian Rasulullah berkata kepada para sahabatnya,
“beritakanlah kepada perempuan tua itu bahwa dia tidak akan masuk surga dalam keadaan tua renta seperti itu,
karena Allah Swt telah berfirman:
“ sesungguhnya kami menciptakan
mereka(bidadari-bidadari) dengan langsung, dan kami jadikan mereka gadis-gadis
perwan. Penuh cinta lagi sebaya umurnya .”
Dari pemaparan kita dapat mengetahui
bahwa canda Rasulullah mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain:
-
Rasulullah Saw tidak pernah berbohong
dalam bercanda.
-
Canda Rasulullah tidak keluar dari
kesopanan dan kewibawaan beliau (wibawa tetap terjaga)
-
Canda Rasulullah hanya sedikit dan
seperlunya saja, tidak melampaui batas.
E.
CANDA
PARA ULAMA SALEH
1. Imam
Ar Rabi’ ( salah seorang murid dan perawi imam Syafi’i) berkata, “sewaktu imam
Syafi’i sakit saya pernah berkunjung ke rumahnya. Saya berkata kepada beliau,
“semoga Allah menguatkan kelemahanmu.”beliau menyahut, “jika Allah menguatkan
kelemahanku berarti dia telah mewafatkanku.” Saya segera menyela, “demi Allah,
saya tidak bermaksud apa-apa dari ucapan saya tadi, kecuali kebaikan.” Imam
Syafi’i lalu berkata , “ketahuilah, kalaupun engkau mencelaku, kamu tidak akan
di balas, kecuali dengan kebaikan.”
2. Pada
suatu ketika tatkala As Sya’bi masuk kamar mandi tiba-tiba dia melihat Dawud Al
Audi sedang tidak memakai sarung. As Sya’bi segera memejamkan mata. Lalu Dawud
berkata kepadanya, “sejak kapan engkau buta, wahai Abu Amru ( panggilan As
Sya’bi )?” As Sya’bi menjawab, sejak Allah menarik (membuka ) tabir penutup
auratmu.”
3. Seseoarang
ulama shaleh pernah bercerita tentang Muhammad bin Siirin Al Anshari,” Muhammad
bin pernah mencandai kami sambil tertawa sampai air liurnya mengalir keluar.
tetapi jika anda ingin bertanya atau berbicara tentang agamanya, maka
bintang-bintang terasa lebih dekat kepada anda dari hal itu.”
4. Dahulu
para sahabat Rassulullah pernah saling melempar buah semangka (dengan maksud
bercanda). Tetapi jika datang kepada mereka suatu urusan, mereka lansung tampak
serius.
Imam An
Nakha’i pernah di tanya, “Apakah para sahabat Rasulullah dulu juga suka
tertawa?” An Nakha’i menjawab, “ya, tetapi iman di hati mereka bagai gunung
yang kokoh (tegar).
5. Suatu
ketiaka Abdullah bin Umar dan Abdullah bin ‘Ayyasy bin Rabi’ah keluar bersama-sama
dari masjid. Ketika keduanya berada di pintu masjid, mereka menyiapkan bajunya
masing-masing sampai betisnya, dan mereka berkata (dengan canda), “tidak ada
suatu kebaikanpun bagimu.apakah kamu sanggup balap lari dengan saya?.”
6. Seseorang
ulama pernah ditanya,” bolehkah kita (kaum muslimin ) berjabat tangan dengan
orang Nasrani?” ulama salaf itu meliahat kepada si penanya sambil bekata, “ya
dengan kakimu”
A.
CANDA
ORANG-ORANG ZALIM.
Sungguh, orang-orang zalim telah
melampaui batas. Mereka bercanda tentang Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, dan sunnah rasul-Nya sehingga mereka menjadi
kufur kepada Allah dan Rasul-Nya. Takala bercanda, sebagian dari mereka ada
yang mengejek syariat islam yang agung, bahkan ada pula yang mengejek ulama
pewaris nabi.
Di bawah ini diuraikan tentang
gambaran-gambaran yang buruk dari canda dan gurauannya orang-orang zalim.
1. Dikisahkan
oleh Abu Al Hasan Al Madani. Katanya, “telah dicuri seekor keledai milik Abul
Jahm bin ‘Athiyyah. Lalu Abul Jahm berkata, “tidak, demi Allah, wahai tuhan.
Tidak ada orang yang mengambil keledai-keledai selain engkau. Hanya engkau yang
tahu tempatnya. Untuk itu kembalikan lah keledai itu kepadaku.”
Melihat kelakuan Abul Jahm yang sangat tidak pantas
itu saya (Abul Hasan) bekata di hadapan orang banyak, “liahtlah yang zalim ini
sungguh, dia tidak punya adab. Dia bakan telah berani kurang ajar kepada Allah
Astaghfirullah. Ya Allah, janganlah Engkau hukum kami dengan apa yang diperbuat
oleh orang-orang bodoh.”
2. Konon,
ada seorang lelaki mempunyai seekor keledai dan sapi perah. Pada suatu hari,
lelaki itu masuk ke kandangnya. Tiba-tiba ia menemukan sapi perahnya tergeletak
mati, dan keledainya berada di samping sapi
itu. Lelaki itu lalu mengadu kepada tuhannya,” wahai Robbku, mengapa
Engkau tidak membedakan antara keledai dengan sapi itu.”
Sungguh, mata kita akan menangis dan hati kita pasti
sedih bila membaca contoh-contoh perbuatan orang-orang zindiq semacam itu.
Tetapi sungguh amat sayangkan, lelucon yang kurang ajar atau konyol itu terus
berulang hingga kini. Sampai-sampai pernah ada seorang aktor memerankan
perbuatan lelaki dengan dungu itu di salah satu pementasan drama. Yang
memprihatinkan, para itu dengan tertawa
terbahak-bahak. Kalau sudah demikian, dimana rasa ghirah (cemburu) mereka
terhadap pelanggaran-pelanggaran hukum-hukum Allah? Tidakkah mereka ingat sabda
Rasulullah Saw yang artinya:
“sesungguhya Allah akan cemburu, dan orang mukmin
juga akan cemburu. Kecemburuan (ghirah) Allah adalah jika seorang mukmin
melakukan apa yang telah diharamkan Allah kepadanya .”
3. Ada
sebagian pemuda sedang bermain bola. Tiba-tiba salah seorang pemuda di antara
mereka yang terkenal dengan kezalimannya melontarkan perkataan olok-olok
(dengan maksud canda) dengan menyitir ayat al-qur’an:
“ dan untuk yang demikian itu hendaknya orang
berlomba-lomba.”
Mendengar olok-olokkan itu teman-temannya semua
tertawa.
Bagi saya, sungguh, perkataan yang dilontarkan
pemuda itu adalah sejelek-jelek perkataan karena dia telah menghina keagungan
Allah swtdan keagungan firman-Nya.
4. Ada
seorang pemuda seadang bermain bola. Ia melihat ke bola itu, lalu berkata
(dengan menyitir sabda nabi Saw tentang unta yang beliau naiki tatkala hijrah
ke madinah). Bunyi sabda Rasulullah itu adalah:
“ Biarkan dia(bergerak) karena sesungguhnya dia
telah terperintah.”
Perhatikanlah, bagaimana pola anak muda dalam
bercanda dengan mengungkapkan sabda Rasulullah. Kalau sudah demikian dimana ada
rasa penghormatan tehadap junjungan Nabi besar Muhammad Saw, padahal salah
seorang ulama salaf, tatkala mendengarkan hadist-hadist Rasulullah, dia duduk
dengan khuyu’. Bahkan ada pula ulama yang hendak datang ke majelis untuk
mendengarkan penuturan tentang sabda-sabda Rasulullah, mereka memakai wewangian
dan pakaian yang bagus. Ini merupakan tanda pengagungan mereka terhadap sabda
Nabi Muhammad Saw. Mereka menyadari, sabda Rasulullah adalah wahyu. Kalau anak
mudah sudah banyak yang berani-beraninya bercanda dengan ayat-ayat Allah atau
hadits-hadits nabi, bagaimana keteladanan
mereka terhadap para ulama salaf.
5. Konon
ada suatu peristiwa. Sekelompok pemuda bercanda kepada seorang kawan mereka
yang sedang menikah. Mereka ramai-ramai mengeluarkan kawannya (dari kamar
pengantinnya) pada malam pertama hari perkawinannya. Temannya itu marah sekali
sampai-sampai ia berjanji akan membalas kekurangajaran mereka pada malam
perkawinan mereka nanti.
Jelas, canda yang seperti itu adalah canda yang
tercela, karena hal itu mencangkup segala kejelekan.
B.
KAIDAH-
KAIDAH CANDA.
1. Canda
hendaknya mengandung dzikir kepada Allah dan ayat-ayat-Nya. Juga tidak
mengandung hadits Rasulullah Saw dan syair-syair Islam lainnya.
Disebutkan oleh At Thabari bahwa dalam
perang Thabari ( pada tahun 9 hijriah) ada sebagian kaum mengejek para qurra’
(pembaca penghafal) Al-Qur’an. Mereka berkata “kami tidak pernah mementingkan
perut (urusan duniawi ). Lisan-lisan mereka selalu dusta daan mereka paling
takut kalau bertemu musuh.” Cacian ini sampai di telinga Rasulullah karena itu
tidak lama kemudian Allah menurunkan kalam-Nya yang artinya:
“ Dan jika kami tanyakan kepada mereka (tentang
apa yang mereka lakukan itu). Tentulah mereka akan menjawab, “ sesungguhnya
kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “ Apakah
dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” tidak
usah kamu minta maaf karena kamu kafir sesudah beriman. Jika kami memaafkan
segolongan dari pada kamu (lantaran mereka bertaubat), niscya kami akan
mengazab orang-orang yang selalu berbuat dosa.”
Tidak seorangpun boleh bermain-main dalam hal itu, baik
dengan mengolok-olok, menertawakan, maupun dengan ejekan-ejekan lain. Apabila
seseorang melakukan hal itu maka dia kafir, sebab perbuatan tersebut merupakan
penghinaan kepada Allah Swt, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, dan syariat-Nya.
Oleh karena itu orang yang telah “terlanjur” melakukan perbuatan tersebut, maka
dia wajib segera bertaubat kepada Allah Swt. Bila dia tidak melakukannya maka
dia termasuk kategori nifaq (sifat orang munafik). Oleh karena itu perbuatan
semacam itu harus ditebus dengan taubat dan istighfar keada Allah, sambil teus memperbaiki amal perbuatannya,
serta menanamkan dalaam hati rasa takut kepada Allah Swt, mengagungkan-Nya,
mencintainya. Hanya Allah pelindung dan pemberi taufik.
2. Canda
hendaknya tidak mengandung unsur menyakiti kepada seseorang.
Rasulullah
Saw tealaah bersabda yang artinya:
“
janganlah seseorang melakukan perbuatan yang dapat mendatangkan madharat
(kerugian) bagi dirinya dan oraang lain.”
Oleh karena itu kita
tidak boleh menyakiti orang lain, meskipun hal-hal yang menyakiti itu dinisbatkan
kepada masalah canda. Ada kemungkinan anda juga nanti menemukan orang yang
memaki, mencela dan mengumpat. Kemudian ia mengatakan bahwa saya cuma bercanda.
Jelas, semua itu bukan hal yang dibenarkan dalam agama.
Rasulullah Saw
sendiri pernah mengingatkan kepada kita lewat sabda beliau yang artinya:
“ Janganlah
sekali-sekali salah seorang kamu mengambil barang saudara (teman)nya secara
main-main maupun secara serius. Barang siapa yang mengambil tongkat saudaranya,
maka ia wajib mengembalikannya.
3. Hendaknya
canda tidak mengandung suatu kebohongan ghibah 9 mengunjing/ memfitnah) sesuatu
yang kotor (cabul).
Rasulullah
pernah bersabda yang artinya:
“celakalah
bagi orang yang berbicara ( bercerita) lalu berbohong untuk membuat orang-orang
tertawa dengan cerita bohongnya itu. Celakalah baginya, celakalah baginya,
celakalah baginya.”
Berbohong dalam bercanda atau dalam urusan yang lain
diharamkan. Tidak ada perbedaan antara apa yang sebagian orang bilang bohong
putih dengan bohong hitam. keduanya adalah satu, bohong dan bohong itu termasuk
dalam kategori dosa besar. Demikian pula halnya dengan ghibah yang
didefinisikan oleh Rasulullah Saw dengan sabda yang artinya:
“ penyebutanmu
(pembicaraanmu) tentang saudaramu (sesama muslim) dengan apa yang tidak ia
senangi (benci).
Di dalam hadits itu Rasulullah Saw tidak mengecualikan
orang yang bercanda, misalnya, setelah bersabda seperti itu lalu Rasulullah Saw
menambahkan: “kecuali orang yang bercanda,” tidak sama sekali beliau tiadak
mengatakan demikian. Maka jelaslah bahwa ghibah itu di haharamkan, baik itu
dilakukan saat serius maupun saat bercanda. Begitu juga, sesuatu yang keji,
sesuatu yang keji (cabul) dari ucapan dan perbuatan. Semua diharamkan dalam Islam.
4. Hendaknya
di dalam bercanda tidak melampaui batas-batas yang logis (ma’qul).
Islam
tidak membutuhkan orang-orang yang suka bersenda gurau, para badut (pelawak)
dan orang yang suka main-main. Akan tetapi Islam sangat membutuhkan sejumlah
rijaal( laki-laki) yang serius/ sungguh-sungguh, yaitu mereka yang senantiasa
menggunakan waktu-waktunya untuk mencari ilmu, aktivitas dakwa, jihad dan amar
ma’ruf nahi munkar( menyeru kepada kebaikan dan melarang kejelekan/ kebatilan).
Sedangkan
orang yang berlebihan dalam canda, maka sungguh ia telah berbuat kejengkelan
terhadap dirinya sendiri dan agamanya. Barang siapa yang konsisten terhadap
sunnat Nabi Saw, sekaligus bersemangat untuk merealisasikannya dalam kehidupan
sehari-hari, maka niscaya ia akan bercanda/ bergurau sekedarnya saja.
Itulah
keempat kaidah canda, yang bila canda-canda kita timbang dengan keempat kaidah
di atas, niscaya akan selamat dien ini dan dunia kita pun akan selamat dari
cacat dan aib.
C.
JALAN
KELUAR BAGI ORANG-ORANG YANG BANYAK BERCANDA.
Jalan
keluar bagi orang yang suka banyak canda adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui hukum Allah Swt dan petunjuk
Nabi Saw tentang canda yang tercela, yaitu canda yang keluar dari kaidah-kaidah
yang sudah disebutkan sebelumnya. Juga harus mengetahui, sekaligus menyadari bahwa
siksaan Allah itu pedih bagi orang yang bercanda tentang sesuatu yang berkaitan
dengan dien-Nya.
Hendaknya
kita selalu mengunci lisan, kecuali untuk kebaikan. Hendaknya kita juga selalu
ingat bahwa masalah canda adalah masalah yang agung dan tidak dapat diremehkan
begitu saja. Sesungguhnya tidak ada yang mengungkapkan manusia di dalam api
neraka kecuali apa-apa yang dihasilkan lisan-lisannya sendiri.
2.
Menyibukkaan diri dengan hal-hal yang
serius, seperti mencari ilmu, menghadiri majelis-majelis kebaikan (misal,
ceramah-ceramah, pengajian), serta membiasakan diri dengan hal-hal yang naafilah (sunnat/ tidak wajib), baik
berupa sholat atau ibadah-ibadah sunnat lainnya. bahkan terkadang sebagian
orang menyibukkan diri (untuk mengisi kekosongan waktu) dengan melakukan bahats(riset) sekitar masalah-maslah
yang dianggapnya penting atau dengan mentalkhish
(meringkas). Beberapa isi kaset-kaset islamiyah yang bermanfaat. Walhasil,
masing-masing lebih mengerti tentang
urusan-urusan dunianya.
Untuk
memulai kegiatan-kegiatan positif di atas mungkin pada awalnya kita, khususnya
para pemuda akan merasa bahwa itu suatu pekerjaan yang berat. Tetapi dengan
sering-sering melatih diri untuk berbuat positif menjadi insan yang kreatif,
maka sedikit demi sedikit, dengan kehendak Allah, hal itu akan menjadi
kebiasaan, sehingga jika suatu saat ia menemui rintangan yang intern maka nanti
faktor pendorong perangai yang serius dan kreatiflah yang selalu berada di
pihak yang menang. Dengan syarat, hendaknya perangai itu benar-benar telah
berubah menjadi tabiat yang kreatif.
3.
Pergaulan dan persahabatan yang shaleh
dan serius, yaitu persahabatan yang konsisten dengan sunnat Nabi Saw. Hal ini
sebagaimana telah di sabdakan oleh Rasulullah Saw yang artinya:
“
Seseorang selalu mengikuti prilaku teman akrabnya. Maka lihatlah seorang dari
kalian dengan siapa ia berteman akrab.”
Oleh karena itu biasanya seorang pemuda, ketika
terkondisi dalam lingkungan yang serius dalam sebagian terdorong dengan kuat
untuk selalu konsisten terhadap metode lingkungan itu. Kemudian dengan perasaan senangnya hidup
dalam lingkungan semacam itu, ia akan dapat merasakan betapa baiknya
kesungguhan (keseriusan) itu dan betapa buruknya canda yang berlebihan. Dengan
demikian si pemuda akan dapat berkreasi tanpa ada lagi membandingkan antara
beberapa urusan.
4.
Dengan tafaktur (berfikir) tentang
akhirat. Caranya, dengan mentadabburi (merenungi) ayat-ayat Allah Swt dan
hadits Nabi Saw, khususnya yang berkaitan dengan hari kiamat, siksa kubur,
jembatan shirotol mustaqdim, dan lain-lain.
Rasulullahh
Saw telah bersabda yang artinya:
“
kalau kalian tahu apa yang aku tahu (tentang hal-hal gaib) niscaya kalian akan
sedikit tertawa dan banyak menangis.”
Berhubungan dengan keagungan Allah dan pembalasan-Nya
terhadap orang-orang yang berbuat mkasiat kepada-Nya dan keadaan-keadaan yang
bakal terjadi tatkala pencabutan nyawa saat mati, serta keadaan dinalam kubur
dan hari kiamat.
5.
Berdoa kepada Allah Swt, semoga Allah
Swt memudahkan hilangnya kekurangan yang pada diri orng yag suka banyak canda.
Karena aib-aib yaang tidak dapat hilang kecuali dengan doa.”
6.
Adanya kesungguhan dari diri sendiri
untuk ”menguatkan tali pengikat jiwa”. Karenanya, tidak ada canda pada saat
serius, dan hendaknya kalau toh bercanda, canda itu tidak keluar dari
kaidah-kaidah yang disebutkan tadi.
7.
Berfikir sekaligus merenungi
dampak-dampak negatif dari banyak canda dengan disertai merenungi
kerusakan-kerusakannya yang bisa brbalik kepada para pecanda.
l. MASALAH PENTING LAINNYA DAN
SEKITAR CANDA.
1. Di
dlam kitab “ ‘aunul ma’bud” terdapat ta’liq (penjelasan) sebagai berikut:
Rasulullah
Saw dulu pernah bercanda dengan para sahabat. Tetapi beliau tidak pernah
berkata kecuali yang benar. At Tirmidzi telah meriwayatkan dari haditsnya Ibnu
‘Abbas secara marfu’sebagiai berikut:
“
janganlah engkau mendebat saudaramu (semuslim), dan jangan pula engkau
mencandainya.”
Dari terjemahan di atas dapat disimpulakan bahwa
yang dilarang oleh agama adalah canda itu sebagai suatu rutinitas, sehingga
dapat melalaikan hati dan lupa berdzikir kepada Allah Swt dan menjadi lupa
untuk bertafakkur terhadap kepentingan- kpentingan dien. Selain itu juga dapat
menagkibatkan kekerasan hati.
2. Imaam
Al Bukhari Rahimahullah meriwayatkan bahwa Sayyidina Umar Ra pernah meminta
izin untuk menemui rasulullah Saw. Pada waktu itu beberapa orang permpuan
Quraisy sedang berradaa diposisi Rasulullah. Mereka hendak meminta keterangan
yang lebih banyak kepada Nabi dengan suara yang keras melebihi suara Nabi Saw
sendiri. Tetapi tatkala Umar Ra meminta izin masuk kepada Rasulullah Saw, para
perempuan itu lekas menurunkan hijabnya (untuk menutupi wajah mereka dari yang
bukan mahram). Nabi Saw lalu menizinkan Umar RA masuk, dan Umar pun masuklah.
Umar melihat Rasulullah Saw tertawa. Melihat Rasulullah tertawa, Umar berkata, “semoga
Allah membuat engkau tertawa, wahai rasulullah.” Rasulullah lalu berkata “saya
takjub dengan perempuan-perempuan yang berada di sisiku. Ketika mereka
mendengar suaramu, mereka pun lekas berhijab.”
3. Abdul
Faraj di dalam kitab “shaidul Khaathir” mengatakan bahwa sebagian kaum salaf
pernah berkata, “dahulu ketika keluar
kami selalu tertawa. Namun, jika kami dijadikan panutan (ada orang yang
meneladani kami), maka kami melihat dia tidak akan dapat menguasai kami.”
4. Kaum sufi fanatik berkata, “janganlah kamu
tertawa, jika kamu tertawa, cepatlah beristigfar (meminta amoun kepada Allah Swt).”untuk
menanggapi perkataan semacam itu kita harus mengatakan bahwa Rasulullah Saw
yang merupakan sebaik-baik manusia juga pernah tertawa dan tersenyum. Lantas
mengapa kita harus melarang orang(secara mutlak) untuk tertawa? Untuk itu kita
harus selalu ingat sabda Rasulullah Saw yang artinya:
“ Binasalah (celakalah) orang-orang
mutanaththi’uun, yaitu orang-orang yang berlebihan dalam ucapan dan perbuatan.
5. Saat
ini banyak beredar buku-buku tentang lelucon dan keanehan-keanehan tentang
manusia, misalnya buku “Akhhbaarul Ahamqaa Wal Mughaffalin” (berita-berita
tentang orang Bego dan Bodoh), “Tharaaif Wa Nawaadir (Anekdot-anekdot dan
keanehan-keanehan juhaa), dan buku- buku guyonan lain yang banyak memuat
hal-hal yang bertentangan dengan syariat. Kita tidak boleh mengemukakan dan
menceritakannya kepada masyarakat.
6. Termasuk
sesuatu yang dinisbatkan ke masalah canda adalah mushara’ah (pergulatan) di
antara sesama anak muda. Hal ini banyak dampak negatifnya dan terkadang
menjurus ke marabahnya. Mushara’ah terkadang dapat menyebabkan permusuhan dan kedengkian antara yang menang dan yang
kalah. Bahkan salah seorang masyayikh diantara remaja bisa menggelicirkan
mereka pada akibat-abikat yang hanya diiketahui oleh Allah saja.
7. Di
dalam kitab “Shahihul Bukhari”, pada bab “tersenyum dan tertawa”, tersebut riwayat bahwa fathimah
Ra pernah berkata, rasulullah Saw pernah meyenangkan hatiku dengan berita
gembira atau yang lainnya, lalu aku tertawa.
8. Sebuah
Fatwa tentang berbohong di saat bercanda. As Syekh Ibnu ‘Utsaimin pernah
ditanya,” sebagian orang ketika bercanda dengan kawan-kawannya menyelipkan
suatu kebohongan untuk membuat kawan-kawannya tertawa. Apakah hal ini dilarang
dalam Islam?” As Syekh Ibnu ‘Utsaimin menjawab, “ ya, hal itu dilarang dalam
Islam, karena semua jenis kebohongan dilarang dan wajib dihindari.”
Rasulullah Saw juga telah bersabda yang
artinya:
“Celakalah orang yang berdua untuk
membuat tertawa suatu kaum dengan kedustaan itu. Celaka baginya... celaka
baginya.”
Oleh karena itu kita harus mengingkari
semua jenis dusta yang bertujuan untuk membuat tertawa orang-orang baik secara
canda maupun serius. Apabila seseorang membiasakan diri untuk berlaku jujur dan tidak berdusta, dan terus
menuntut kebenaran itu, maka ia akan menjadi orang yang lahir dan bathinnya.
5.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Canda
tercela ialah canda yang mengandung kebohongan.
Canda itu hukumnya sunnah dan dianjurkan karena di dalam canda ada unsur
mengibur hati dan membuat suasana menjadi hangat. Cuma diisyaratkan agar ketika
agar bercanda hendaknya dihindari perbuatan qadsaf (maki-makian) dan ghibah
(mengunjing/memfitnah), serta tidak berlebihan sehingga tidak sampai
menghilangkan rasa malu dan tidak mengurangi wibawa.
Tatkala bercanda juga harus dihindari tatkala
bercanda juga dihindari tindakan dan perkataan yang keji karena hal itu dapat
menimbulkan iri hati dan kedengkian yang tersembunyi. Yang perlu kita tegaskan
disini ialah bahwa canda yang tercela dapat berkaibat menggelincirkan pelakunya
ke jurang kehancuran, baik disadari maupun tidak. Untuk itu kita wajib mengetahui kaidah-kaidah (batasan-batasan)
canda agar tidak keluar dari kelakar canda yang diperbolehkan.
Oleh
karena itu orang yang sudah “terlanjur”melakukan perbuatan tersebut, maka dia
wajib segera bertaubat kepada Allah Swt. Bila dia tidak melakukannya maka dia
termasuk kategori nifaq (sifat orang menuafik). Oleh karena itu perbuatan
semacam itu harus ditebus dengan taubat dengan istighfar kepada Allah sambil
terus memperbaiki amal perbutannya, serta menanamkan dalam hati rasa takut kepada Allah Swt,
mengagungkan-Nya, dan mencintai-Nya. Hanya Allah pelindung dan pemberi taufik.
B. Saran
Bercanda
hendaknya tidak mengandung dzikir kepada Allah dan ayat-ayat-Nya, juga tidak
mengandung hadits Rasulullah Saw dan Syair-syair islam lainnya, canda hendaknya
tdiak mengandung unsur menyaikiti kepada seseorang, tidak mengandung suatu
kebohongan ghibah (mengunjing/memfitnah) dan sesuatu yang kotor (cabut), serta
tidak melampaui batas yang logis (ma’qul). Kita juga menghindari dusta yang
bertujuan untuk membuat tertawa orang-orang, baik secara canda maupun serius.
Seorang membiasakan diri untuk berlaku jujur dan tidak berdusta, dan terus
menuntut kebenaran itu, maka ia akan menjadi orang benar lahir bathinnya.
DAFTAR
PUSAKA
Abu Abdillah Muhammad bin Muflih Al Maqdi Al
Hambali, Al Adab As Syar’iyah Wal Minah
Al mar’iyah , Maktabah Ibnu Taimiyah
0 Response to "PEMUDA DAN CANDA"
Posting Komentar