PEMUDA DAN CANDA

LAPORAN KEGIATAN BUDAYA GEMAR MEMBACA
PEMUDA DAN CANDA







DISUSUN
OLEH:
                   NAMA : ARIF DARMAWAN







KEMENTERIAN AGAMA
MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 (MODEL) LUBUKLINGGAU
TAHUN AJARAN 2015/2016













HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN BUDAYA GEMAR MEMBACA
PEMUDA DAN CANDA


DI SUSUN
OLEH:
        NAMA : ARIF DARMAWAN


             
                                                                                      
Mengetahui,                                                              Lubuklinggau, 31 November 2015
Kepala MAN 1 (model) lubuklinggau                      Guru pembimbing

RUSMALA DEWI Z,S.S.Pd,MM                         SRI SURYATI, M.Pd
NIP: 196104031988032001                              NIP: 196705172006042005







KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat allah swt atas curahan rahmat dan karunianya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas resume ini yang berjudul. PEMUDA DAN CANDA Saya membuat resume ini adalah untuk memenuhi tugas kurikulum MAN 1 (MODEL) Lubuklinggau, untuk memberikan pengetahuan canda yang di terapkan oleh rasulullah saw. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada orang tua saya yang telah membantu doa sehingga saya mampu menyelesaikan tugas ini dan juga kepada guru pembimbing dan rekan-rekan saya yang banyak mendukung serta membantu dalam pembuatan resume ini
Semua hal yang ada dalam resume ini berkaitan dengan di kehidupan sehari-hari, bersikap dan berakhlak yang mulia, Saya menyadari resume ini masih jauh dari kesempurnaan. Apabila ada keritik dan saran yang membangun tetap saya perlukan, karena saya masih dalam tahap belajar. Semoga resume ini bermanfaat bagi kita semua






penulis







DAFTAR ISI
Halaman pengesahan.………………………………………………………...        
Kata pengantar………………………………………………………………..       
Daftar isi……………………………………………………………………….       
BAB    I  PENDAHULUAN
            A. Latar  belakang....................................................................................     
            B. Tujuan kegiatan...................................................................................                  
BAB    II  PEMBAHASAN
A.    Penyebab banyaknya canda.................................................................
B.     Pemahaman yang salah terhadap Arti “Menghibur Diri”.....................
C.     Untuk menarik perhatian dan popularitas...........................................
D.    Kebiasaan menyiakan-nyiakan  Waktu...............................................
E.     Salah didik dan bergaul dengan orang yang senang bersenda gurau..
F.      Minimnya pengetahuan dan pemahan tentang dien............................
G.    Dampak Positif dan Negatif yang ditimbukan canda..........................
H.    Hukum Canda......................................................................................
I.       Perilaku Rasulullah Saw Dalam Bercanda..........................................
J.       Canda para Ulama Shaleh....................................................................
K.     Canda Orang-orang zhalim.................................................................
L.     Kaidah-kaidah Canda...........................................................................
M.   Jalan Keluar bagi orang yang banyak Bercanda..................................
N.    Masalah penting lainnya sekitar Canda...............................................

BAB    III PENUTUP
A.     Kesimpulan..........................................................................................       
B.     Saran....................................................................................................     
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN








BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang kegiatan
Membaca adalah kegiatan yang mendatangkan manfaat, beruntung bagi yang gemar membaca, diantaranya membaca buku. Mereka yang suka membaca buku akan memperoleh banyak informasi sehingga akan menambah pengetahuan dan wawasan yang luas. Informasi tentang buku baru yang sering dimuat disurat kabar/majalah yang berupa artikel resensi. Orang yang menyukai aktivitas membaca hasilnya mereka akan tidak akan berpikir sempit ketika menghadapi masalah yang sedang dialaminya serta mempunyai potensi dan kecenderungan yang bijak dalam menyikapi kejadian sehari-hari disekitarnya.Tetapi bagi orang yang ingin berbuat lebih dan mau berbagi ilmu kepada orang lain, membaca saja tidak cukup. Mereka perlu memiliki keterampilan lagi. oleh karena itu penulis menyusun resume buku ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang pemuda dan canda dlam syariat islam

B.     Tujuan kegiatan
Tujuan dibuat resume agar pembaca mengetahui dalam perbuatan yang sering kita lakukan  di kehidupan sehari-hari, seperti canda baik untuk menghibur diri setelah  serius berfikir, membuat diri dicintai orang lain, dan membuat seseorang berakhlak lembut, supel dan akrab dengan teman-teman. Tetapi perlu kita ketahui canda kita harus mempunyai unsur tarbiyah(pendidikan). Hendaknya kita berbicara tentang masalah-masalah yang pokok saja,   tentang seputar  dien atau hal-hal tidak menyimpang dari segala syariatnya, sehingga menjadikan tertawa kita, tangisan kita berkumpul dan berpisahnya kita, serta akhlak dan tingkah laku kita, dibawah naungan dien yang kekal, yaitu dien yang disebarkan oleh guru kebaikan kita, Muhammad Saw.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENYEBAB BANYAKNYA CANDA
Orang yang mengamati realita hubungan pemuda dengan canda akan menemukan beberapa kesimpulan dari penyebab keterkaitan sebagian besar pemuda dengan canda, antara lain karena:
a.       Pemahaman yang salah terhadap arti “menghibur diri”.
Sebagian pemuda mengira, satu-satunya cara untuk menghibur diri dan untuk menghilangakan ketegangan  adalah dengan canda (rumor). Pendapat ini jelas merupakan suatu kesalahan yang cukup fatal, jika kita mengkiatkannya dengan sirah dan manhaj Rasulullah Saw dengan menghibur dirinya sendiri dan para sahabatnya.
Rasulullah Saw telah bersabda kepada bilal Ra yang artinya:
“hiburlah kita dengan shalat, hai bilal”
            Para ulama mentakwilkan sabda Nabi Saw:
“Satu saat dan satu saat”, bahwa seorang muslim ketika lelah dan capek dalam mencari rezeki dan melaksanakan tugasnya sebagai khalifah fil ardh, wajib beristirahat dengan berfikir kepada Allah, membaca kitab-Nya, dan mendirikan segala yang disunnatkan-Nya. Wallahu A’lam.
b.      Untuk Menarik  Perhatian dan Popularitas
Ada pula sebagian pemuda mempergunakan canda untuk memamerkan kecerdasan dan ketangkasannya agar semua mata memandang dengan rasa kagum kepadanya. Tentu saja hal ini dapat menjerumuskan mereka ke jurang dosa karena sebagaimana kita ketahui perbuatan yang diiringi dengan keriyaan termasuk perbuatan yang tidak diridhoi Allah.
c.       Kebiasaan Menyia-nyiakan waktu.
Masih banyak pula pemuda kita yang belum dapat menghargai nilai sebuah waktu. Mereka menyia-nyiakannya dengan bergumul pada masalah-masalah yang sepele, dengan mengikuti berita-berita yang tidak berguna,dan banyak tenggelam bersama orang-orang yang suka bercanda yang hari-harinya penuh dengan rumor, obrolan lelucon dan gelak tawa. Bila para pemuda kita selalu bergerumul dengan kehidupan yang demikian maka sudah bisa dipastikan, mereka akan menjadi sulit mengendalikan diri karena itu tidak mengherankan bila sering terjadi hal-hal yang tidak direncana sebelumnya. Mereka juga menjadi sulit  untuk membedakan mana perbuatan dan perkataan yang baik yang buruk.
d.      Salah Didik dan Bergaul dengan Orang yang Senang Bersenda Gurau.
Tak heran lagi, anak terdidik atas akhlak ayahnya/orang tuanya. Karena itu orang tua yang mendidik  anaknya atas dasar canda dan membuat anak-anaknya menjadi jauh dari hal-hal yang serius, maka lambat laun mereka akan melihat buahnya. Yang jelas, anak tersebut kelak akan menyusahkannya.
Banyak bergaul akrab dengan orang-orang yang hidupnya selalu dipenuhi dengan canda, dan bersantai ria juga akan dapat mengelincirkan kita kepada kesenangan-kesenangan bercanda bergurau. Jika ini terjadi maka dapat mengakibatkan kita menjadi jauh dari kebenaran.
e.       Minimnya Pengetahuan dan Pemahaman tentang Dien.
Kemana pelarian hati yang hampa dari mauizha (petuah-petuah)? Jelas, pelariannya kepada canda yang penuh dengan gelak tawa dan ta’liq-ta’liq mengejek. Karena itu tempat-tempat pertemuan atau majelis-majelis yang tidak ada orang alimnya akan menenggelamkan kata-kata serius kepada kata-kata yang penuh dengan lelucon kosong dan perkataan yang sia-sia.
B.     DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF YANG DITIMBULKAN CANDA.

a.       Dampak Positif
Para pakar pendidikan mengatakan bahwa dampak positif canda hampir terkumpul dalam dua hal, yaitu:
1.      Untuk menyenangkan teman-teman dan menunjukkan rasa kasih sayang kepada mereka. Hal itu bisa terwujud dengan mengucapkan kata-kata yang baik dan memperlihatkan sikap yang sopan kepada mereka.
Hal ini telah dita’birkan oleh Abu Al Fath Al Basaty lewat syairnya:
“jika engkau beri dia canda, hendaklah dengan kadar seperti engkau memberi garam pada makanan”.

2.      Untuk menghilangkan rasa takut, marah, dan kesedihan.
Menghilangkan kesedihan dengan canda yang wajar juga sangat diharapkan. Dikisahkan ada seorang pertapa yang selalu berada di tempat pertapannya. ‘Ubaidillah bin Aisyah berkomentar tentang petapah itu, “tempat pertapaannya telah membuat dirinya sempit. Jangkauan akalnya menjadi pendek. Coba kalau ia meninggalkan kehidupannya yang demikian dengan berpindah dari satu kondisi ke kondisi yang lain, niscaya simpul yang sempit itu dapat bernafas dengan leluasa. Keseriusannya pun akan balik kembali dengan aktivitas dan keseriusan yang baru.”

b.      Dampak Negatif
Damapak negatif yang timbul akibat banyak bercanda adalah:
1.      Melampaui garis ketentun Allah swt dan Rasulnya, karena di dalam canda, kebohongan seakan telah menjadi suatu hal yang biasa. Ghiba (umpat-mengumpat) seakan menjadi dibolehkan, dan memperolok-olok dien acapkali terlontar (baik sengaja atau tidak).
2.      Mematikan hati.
Sebagai orang muslim kita harus mencurahkan seluruh tenaga demi mencapai kehidupan yang damai dan hati khusyu’ dalam mengingatNya. Orang yang banyak bercanda tentu tidak akan dapat lagi menghidupkan hatinya dengan khusyu’ dalam mengingat allah.oleh karena itu rasullullah bersabda yang artinya:
“ janganlah kamu banyak tertawa, karena banyak tertawa itu mematikan hati(klabu).”
3.      Banyak bercanda bisa melunturkan wibawa sehingga membuatnya diremehkan orang.
Sayyidina ‘umar bin khathab pernah berkata, “barang siapa banyak tertawa, maka akan berkurang wibawanya. Barang siapa banyak bercanda, ia akan diremehkan, dan barang siapa memperbanyak melakukan sesuatu, niscahaya ia akan dikenal karenanya.”
Al Mawrdi berkata, “yang termasuk aibnya cara ialah hilangnya wibawa dan kebaikan diri si pecanda itu. Hal ini menjerumuskannya ke dalam golongan orang-orang yang hina dan bodoh.”
Seorang penyair memberi nasihat dalam penyairnya.
Jauhkan. jauhkan dirimu dari canda sesungguhnya ia akan mengalirkan pada dirimu sifat kekanak-kanakan dan aib yang hina, bagai menghilangkan embun wajah sesudah sebelumnya elok, dan mewariskan kehinaan setelah sebelumnya mulia.
4.      Menimbulkan sifat dengki.
Canda yang tidak pada tempatnya atau bercanda yang berlebihan dapat menimbulkan   permusuhan dan dengki kepada orang lain.oleh karena itu khalifah Umar bin Abdul Aziz memberi nasihat,”takutlah kalian pada canda, karena canda sesuatu yang dungu yang dapat mewariskan rasa dengki.
Banyak sekali contoh-contoh tentang negatifnya canda. Contoh yang paling keras adalah yang disebut dengan maqlab, yaitu canda yang tercela, yang terkadang dapat berakibat pada timbulnya pembunuhan, atau dapat menimbulkan salah satu penyakit kejiwaan.


C.    HUKUM CANDA
Menurut Ibnu Abbas Ra, bercanda dengan sesuatu yang baik adalah mubah (dibolehkan). Rasulullah Saw pun sesekali juga bercanda, tetapi Rasulullah tidak pernah berkata kecuali yang benar. Hal ini telah dituturkan oleh Ibnu Abdul Bar. Canda hukumnya adalah sunnah dan dianjurkan karena di dalam canda ada unsur mengibur hati dan membuat sussana menjadi hangat. Cuma diisyaratkan agar ketika bercanda hendaknya dihindari perbuatan qadzaf (maki-makian) dan ghibah (mengunjing/memfitnah), serta tidak berlebihan sehingga tidak sampai menghilangkan rasa malu dan tidak mengurangi wibawa. Tatkala bercanda juga harus dihindari dari tindakan dan perkataan yang keji karena hal itu dapat menimbulkan iri hati dan kedengkian yang tersembunyi.
D.    PERILAKU RASULULLAH SAW DALAM BERCANDA
Di dalam kitab-kitab hadist sangat sedikit dibicarakan tentang bagaimana perilaku Rasulullah dalam bercanda. Ini menunjukkan bahwa dalam kehidupan Rasulullah Saw lebih banyak keseriusan. Tetapi ini bukan berarti bahwa Nabi Saw selalu bermuka masam (cemberut) dan dingin. Salah seorang sahabat menyifati Rasulullah Saw dengan perkataan, “saya tidak pernah melihat orang yang paling banyak tersenyum selain dari Nabi Saw.
Hal yang paling serius yang harus paling kita “seriuskan” adalah  dalam mengqudwahi (meneladani). Perilaku Rasulullah dalam bercanda dan tersenyum, bahkan dalam semasa berkata.
Di bawah ini kami paparkan sekelumit perilaku Rasulullah Saw dalam bercanda.
1.      Anas bin Malik Ra mengatakan bahwa Rasulullah pernah bercanda kepadanya dengan perkataan Dzal Udzunain ( wahai pemilik kedua telinga).
2.      Dari Anas bin Malik Ra, di berkata,”Rasulullah Saw bergaul dengan kami sampai beliau berkata kepada saudara kecilku,”wahai Abu ‘Umair, apa yang dikerjakan An Nughair ( nama seekor burung kecil milik Abu ‘umair)”.
3.      Anas bin Malik Ra meriwayatkan, “ada seorang lelaki meminta kepada Rasulullah agar sudi mengangkatkannya ke atas seekor unta untuk di naiki. Lalu Rasulullah berkata kepdanya (sambil bercanda),”Aku akan membawamu seekor jantan dari unta betina. “lelaki itu menyahut dengan nada kebingungan, “ya Rasulullah, apa yang akan kuperbuat dengan anak unta betina itu?” mendengar pertanyaan yang bernada tidak mengerti itu, Rasulullah bersabda menegaskan,”tidak ada yang melahirkan unta kecuali unta-unta betina. 
4.      Al Hasan bercerita, “seoarang  perempuan tua pernah datang kepada Nabi Saw. Ia berkata, “ya Rasulullah berdoalah kepada allah agar saya dimasukkan ke dalam surga.” Rasulullah Saw lalu berkata kepadanya, “wahai ummi Fulan, surga tidak dimasuki perempua tua.” Perempuan itu lalu pergi sambil menangis. Kemudian Rasulullah berkata kepada para sahabatnya, “beritakanlah kepada perempuan tua itu bahwa dia tidak akan masuk  surga dalam keadaan tua renta seperti itu, karena Allah Swt telah berfirman:
“ sesungguhnya kami menciptakan mereka(bidadari-bidadari) dengan langsung, dan kami jadikan mereka gadis-gadis perwan. Penuh cinta lagi sebaya umurnya .”
Dari pemaparan kita dapat mengetahui bahwa canda Rasulullah mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain:
-          Rasulullah Saw tidak pernah berbohong dalam bercanda.
-          Canda Rasulullah tidak keluar dari kesopanan dan kewibawaan beliau (wibawa tetap terjaga)
-          Canda Rasulullah hanya sedikit dan seperlunya saja, tidak melampaui batas.

E.     CANDA PARA ULAMA SALEH
1.      Imam Ar Rabi’ ( salah seorang murid dan perawi imam Syafi’i) berkata, “sewaktu imam Syafi’i sakit saya pernah berkunjung ke rumahnya. Saya berkata kepada beliau, “semoga Allah menguatkan kelemahanmu.”beliau menyahut, “jika Allah menguatkan kelemahanku berarti dia telah mewafatkanku.” Saya segera menyela, “demi Allah, saya tidak bermaksud apa-apa dari ucapan saya tadi, kecuali kebaikan.” Imam Syafi’i lalu berkata , “ketahuilah, kalaupun engkau mencelaku, kamu tidak akan di balas, kecuali dengan kebaikan.”
2.      Pada suatu ketika tatkala As Sya’bi masuk kamar mandi tiba-tiba dia melihat Dawud Al Audi sedang tidak memakai sarung. As Sya’bi segera memejamkan mata. Lalu Dawud berkata kepadanya, “sejak kapan engkau buta, wahai Abu Amru ( panggilan As Sya’bi )?” As Sya’bi menjawab, sejak Allah menarik (membuka ) tabir penutup auratmu.”
3.      Seseoarang ulama shaleh pernah bercerita tentang Muhammad bin Siirin Al Anshari,” Muhammad bin pernah mencandai kami sambil tertawa sampai air liurnya mengalir keluar. tetapi jika anda ingin bertanya atau berbicara tentang agamanya, maka bintang-bintang terasa lebih dekat kepada anda dari hal itu.”
4.      Dahulu para sahabat Rassulullah pernah saling melempar buah semangka (dengan maksud bercanda). Tetapi jika datang kepada mereka suatu urusan, mereka lansung tampak serius.
Imam An  Nakha’i pernah di tanya, “Apakah para sahabat Rasulullah dulu juga suka tertawa?” An Nakha’i menjawab, “ya, tetapi iman di hati mereka bagai gunung yang kokoh (tegar).
5.      Suatu ketiaka Abdullah bin Umar dan Abdullah bin ‘Ayyasy bin Rabi’ah keluar bersama-sama dari masjid. Ketika keduanya berada di pintu masjid, mereka menyiapkan bajunya masing-masing sampai betisnya, dan mereka berkata (dengan canda), “tidak ada suatu kebaikanpun bagimu.apakah kamu sanggup balap lari dengan saya?.”
6.      Seseorang ulama pernah ditanya,” bolehkah kita (kaum muslimin ) berjabat tangan dengan orang Nasrani?” ulama salaf itu meliahat kepada si penanya sambil bekata, “ya dengan kakimu”

A.    CANDA ORANG-ORANG ZALIM.
Sungguh, orang-orang zalim telah melampaui batas. Mereka bercanda tentang Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, dan  sunnah rasul-Nya sehingga mereka menjadi kufur kepada Allah dan Rasul-Nya. Takala bercanda, sebagian dari mereka ada yang mengejek syariat islam yang agung, bahkan ada pula yang mengejek ulama pewaris nabi.
Di bawah ini diuraikan tentang gambaran-gambaran yang buruk dari canda dan gurauannya orang-orang zalim.
1.      Dikisahkan oleh Abu Al Hasan Al Madani. Katanya, “telah dicuri seekor keledai milik Abul Jahm bin ‘Athiyyah. Lalu Abul Jahm berkata, “tidak, demi Allah, wahai tuhan. Tidak ada orang yang mengambil keledai-keledai selain engkau. Hanya engkau yang tahu tempatnya. Untuk itu kembalikan lah keledai itu kepadaku.”
Melihat kelakuan Abul Jahm yang sangat tidak pantas itu saya (Abul Hasan) bekata di hadapan orang banyak, “liahtlah yang zalim ini sungguh, dia tidak punya adab. Dia bakan telah berani kurang ajar kepada Allah Astaghfirullah. Ya Allah, janganlah Engkau hukum kami dengan apa yang diperbuat oleh orang-orang bodoh.”
2.      Konon, ada seorang lelaki mempunyai seekor keledai dan sapi perah. Pada suatu hari, lelaki itu masuk ke kandangnya. Tiba-tiba ia menemukan sapi perahnya tergeletak mati, dan keledainya berada di samping sapi  itu. Lelaki itu lalu mengadu kepada tuhannya,” wahai Robbku, mengapa Engkau tidak membedakan antara keledai dengan sapi itu.”
Sungguh, mata kita akan menangis dan hati kita pasti sedih bila membaca contoh-contoh perbuatan orang-orang zindiq semacam itu. Tetapi sungguh amat sayangkan, lelucon yang kurang ajar atau konyol itu terus berulang hingga kini. Sampai-sampai pernah ada seorang aktor memerankan perbuatan lelaki dengan dungu itu di salah satu pementasan drama. Yang memprihatinkan, para  itu dengan tertawa terbahak-bahak. Kalau sudah demikian, dimana rasa ghirah (cemburu) mereka terhadap pelanggaran-pelanggaran hukum-hukum Allah? Tidakkah mereka ingat sabda Rasulullah Saw yang artinya:
“sesungguhya Allah akan cemburu, dan orang mukmin juga akan cemburu. Kecemburuan (ghirah) Allah adalah jika seorang mukmin melakukan apa yang telah diharamkan Allah kepadanya .”
3.      Ada sebagian pemuda sedang bermain bola. Tiba-tiba salah seorang pemuda di antara mereka yang terkenal dengan kezalimannya melontarkan perkataan olok-olok (dengan maksud canda) dengan menyitir ayat al-qur’an:
“ dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.”
Mendengar olok-olokkan itu teman-temannya semua tertawa.
Bagi saya, sungguh, perkataan yang dilontarkan pemuda itu adalah sejelek-jelek perkataan karena dia telah menghina keagungan Allah swtdan keagungan firman-Nya.
4.      Ada seorang pemuda seadang bermain bola. Ia melihat ke bola itu, lalu berkata (dengan menyitir sabda nabi Saw tentang unta yang beliau naiki tatkala hijrah ke madinah). Bunyi sabda Rasulullah itu adalah:
“ Biarkan dia(bergerak) karena sesungguhnya dia telah terperintah.”
Perhatikanlah, bagaimana pola anak muda dalam bercanda dengan mengungkapkan sabda Rasulullah. Kalau sudah demikian dimana ada rasa penghormatan tehadap junjungan Nabi besar Muhammad Saw, padahal salah seorang ulama salaf, tatkala mendengarkan hadist-hadist Rasulullah, dia duduk dengan khuyu’. Bahkan ada pula ulama yang hendak datang ke majelis untuk mendengarkan penuturan tentang sabda-sabda Rasulullah, mereka memakai wewangian dan pakaian yang bagus. Ini merupakan tanda pengagungan mereka terhadap sabda Nabi Muhammad Saw. Mereka menyadari, sabda Rasulullah adalah wahyu. Kalau anak mudah sudah banyak yang berani-beraninya bercanda dengan ayat-ayat Allah atau hadits-hadits nabi, bagaimana keteladanan  mereka terhadap para ulama salaf.
5.      Konon ada suatu peristiwa. Sekelompok pemuda bercanda kepada seorang kawan mereka yang sedang menikah. Mereka ramai-ramai mengeluarkan kawannya (dari kamar pengantinnya) pada malam pertama hari perkawinannya. Temannya itu marah sekali sampai-sampai ia berjanji akan membalas kekurangajaran mereka pada malam perkawinan mereka nanti.
Jelas, canda yang seperti itu adalah canda yang tercela, karena hal itu mencangkup segala kejelekan.

B.     KAIDAH- KAIDAH CANDA.

1.      Canda hendaknya mengandung dzikir kepada Allah dan ayat-ayat-Nya. Juga tidak mengandung hadits Rasulullah Saw dan syair-syair Islam lainnya.
Disebutkan oleh At Thabari bahwa dalam perang Thabari ( pada tahun 9 hijriah) ada sebagian kaum mengejek para qurra’ (pembaca penghafal) Al-Qur’an. Mereka berkata “kami tidak pernah mementingkan perut (urusan duniawi ). Lisan-lisan mereka selalu dusta daan mereka paling takut kalau bertemu musuh.” Cacian ini sampai di telinga Rasulullah karena itu tidak lama kemudian Allah menurunkan kalam-Nya yang artinya:
“ Dan jika kami tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu). Tentulah mereka akan menjawab, “ sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “ Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” tidak usah kamu minta maaf karena kamu kafir sesudah beriman. Jika kami memaafkan segolongan dari pada kamu (lantaran mereka bertaubat), niscya kami akan mengazab orang-orang yang selalu berbuat dosa.”
            Tidak seorangpun boleh bermain-main dalam hal itu, baik dengan mengolok-olok, menertawakan, maupun dengan ejekan-ejekan lain. Apabila seseorang melakukan hal itu maka dia kafir, sebab perbuatan tersebut merupakan penghinaan kepada Allah Swt, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, dan syariat-Nya. Oleh karena itu orang yang telah “terlanjur” melakukan perbuatan tersebut, maka dia wajib segera bertaubat kepada Allah Swt. Bila dia tidak melakukannya maka dia termasuk kategori nifaq (sifat orang munafik). Oleh karena itu perbuatan semacam itu harus ditebus dengan taubat dan istighfar  keada Allah, sambil teus memperbaiki amal perbuatannya, serta menanamkan dalaam hati rasa takut kepada Allah Swt, mengagungkan-Nya, mencintainya. Hanya Allah pelindung dan pemberi taufik.
2.      Canda hendaknya tidak mengandung unsur menyakiti kepada seseorang.

Rasulullah Saw tealaah bersabda yang artinya:

“ janganlah seseorang melakukan perbuatan yang dapat mendatangkan madharat (kerugian) bagi dirinya dan oraang lain.”
Oleh karena itu kita tidak boleh menyakiti orang lain, meskipun hal-hal yang menyakiti itu dinisbatkan kepada masalah canda. Ada kemungkinan anda juga nanti menemukan orang yang memaki, mencela dan mengumpat. Kemudian ia mengatakan bahwa saya cuma bercanda. Jelas, semua itu bukan hal yang dibenarkan dalam agama.
            Rasulullah Saw  sendiri pernah mengingatkan kepada kita lewat sabda  beliau yang artinya:
“ Janganlah sekali-sekali salah seorang kamu mengambil barang saudara (teman)nya secara main-main maupun secara serius. Barang siapa yang mengambil tongkat saudaranya, maka ia wajib mengembalikannya.
3.      Hendaknya canda tidak mengandung suatu kebohongan ghibah 9 mengunjing/ memfitnah) sesuatu yang kotor (cabul).
Rasulullah pernah bersabda yang artinya:
“celakalah bagi orang yang berbicara ( bercerita) lalu berbohong untuk membuat orang-orang tertawa dengan cerita bohongnya itu. Celakalah baginya, celakalah baginya, celakalah baginya.”
            Berbohong dalam bercanda atau dalam urusan yang lain diharamkan. Tidak ada perbedaan antara apa yang sebagian orang bilang bohong putih dengan bohong hitam. keduanya adalah satu, bohong dan bohong itu termasuk dalam kategori dosa besar. Demikian pula halnya dengan ghibah yang didefinisikan oleh Rasulullah Saw dengan sabda yang artinya:
“ penyebutanmu (pembicaraanmu) tentang saudaramu (sesama muslim) dengan apa yang tidak ia senangi (benci).
            Di dalam hadits itu Rasulullah Saw tidak mengecualikan orang yang bercanda, misalnya, setelah bersabda seperti itu lalu Rasulullah Saw menambahkan: “kecuali orang yang bercanda,” tidak sama sekali beliau tiadak mengatakan demikian. Maka jelaslah bahwa ghibah itu di haharamkan, baik itu dilakukan saat serius maupun saat bercanda. Begitu juga, sesuatu yang keji, sesuatu yang keji (cabul) dari ucapan dan perbuatan. Semua diharamkan dalam Islam.
4.      Hendaknya di dalam bercanda tidak melampaui batas-batas yang logis (ma’qul).
Islam tidak membutuhkan orang-orang yang suka bersenda gurau, para badut (pelawak) dan orang yang suka main-main. Akan tetapi Islam sangat membutuhkan sejumlah rijaal( laki-laki) yang serius/ sungguh-sungguh, yaitu mereka yang senantiasa menggunakan waktu-waktunya untuk mencari ilmu, aktivitas dakwa, jihad dan amar ma’ruf nahi munkar( menyeru kepada kebaikan dan melarang kejelekan/ kebatilan).
Sedangkan orang yang berlebihan dalam canda, maka sungguh ia telah berbuat kejengkelan terhadap dirinya sendiri dan agamanya. Barang siapa yang konsisten terhadap sunnat Nabi Saw, sekaligus bersemangat untuk merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari, maka niscaya ia akan bercanda/ bergurau sekedarnya saja.
Itulah keempat kaidah canda, yang bila canda-canda kita timbang dengan keempat kaidah di atas, niscaya akan selamat dien ini dan dunia kita pun akan selamat dari cacat dan aib.
C.    JALAN KELUAR BAGI ORANG-ORANG YANG BANYAK BERCANDA.
Jalan keluar bagi orang yang suka banyak canda adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui hukum Allah Swt dan petunjuk Nabi Saw tentang canda yang tercela, yaitu canda yang keluar dari kaidah-kaidah yang sudah disebutkan sebelumnya. Juga harus mengetahui, sekaligus menyadari bahwa siksaan Allah itu pedih bagi orang yang bercanda tentang sesuatu yang berkaitan dengan dien-Nya.
Hendaknya kita selalu mengunci lisan, kecuali untuk kebaikan. Hendaknya kita juga selalu ingat bahwa masalah canda adalah masalah yang agung dan tidak dapat diremehkan begitu saja. Sesungguhnya tidak ada yang mengungkapkan manusia di dalam api neraka kecuali apa-apa yang dihasilkan lisan-lisannya sendiri.
2.      Menyibukkaan diri dengan hal-hal yang serius, seperti mencari ilmu, menghadiri majelis-majelis kebaikan (misal, ceramah-ceramah, pengajian), serta membiasakan diri dengan hal-hal yang naafilah (sunnat/ tidak wajib), baik berupa sholat atau ibadah-ibadah sunnat lainnya. bahkan terkadang sebagian orang menyibukkan diri (untuk mengisi kekosongan waktu) dengan melakukan bahats(riset) sekitar masalah-maslah yang dianggapnya penting atau dengan mentalkhish (meringkas). Beberapa isi kaset-kaset islamiyah yang bermanfaat. Walhasil, masing-masing  lebih mengerti tentang urusan-urusan dunianya.
Untuk memulai kegiatan-kegiatan positif di atas mungkin pada awalnya kita, khususnya para pemuda akan merasa bahwa itu suatu pekerjaan yang berat. Tetapi dengan sering-sering melatih diri untuk berbuat positif menjadi insan yang kreatif, maka sedikit demi sedikit, dengan kehendak Allah, hal itu akan menjadi kebiasaan, sehingga jika suatu saat ia menemui rintangan yang intern maka nanti faktor pendorong perangai yang serius dan kreatiflah yang selalu berada di pihak yang menang. Dengan syarat, hendaknya perangai itu benar-benar telah berubah menjadi tabiat yang kreatif.
3.      Pergaulan dan persahabatan yang shaleh dan serius, yaitu persahabatan yang konsisten dengan sunnat Nabi Saw. Hal ini sebagaimana telah di sabdakan oleh Rasulullah Saw yang artinya:

“ Seseorang selalu mengikuti prilaku teman akrabnya. Maka lihatlah seorang dari kalian dengan siapa ia berteman akrab.”

            Oleh karena itu biasanya seorang pemuda, ketika terkondisi dalam lingkungan yang serius dalam sebagian terdorong dengan kuat untuk selalu konsisten terhadap metode lingkungan  itu. Kemudian dengan perasaan senangnya hidup dalam lingkungan semacam itu, ia akan dapat merasakan betapa baiknya kesungguhan (keseriusan) itu dan betapa buruknya canda yang berlebihan. Dengan demikian si pemuda akan dapat berkreasi tanpa ada lagi membandingkan antara beberapa urusan.
4.      Dengan tafaktur (berfikir) tentang akhirat. Caranya, dengan mentadabburi (merenungi) ayat-ayat Allah Swt dan hadits Nabi Saw, khususnya yang berkaitan dengan hari kiamat, siksa kubur, jembatan shirotol mustaqdim, dan lain-lain.

Rasulullahh Saw telah bersabda yang artinya:

“ kalau kalian tahu apa yang aku tahu (tentang hal-hal gaib) niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”
            Berhubungan dengan keagungan Allah dan pembalasan-Nya terhadap orang-orang yang berbuat mkasiat kepada-Nya dan keadaan-keadaan yang bakal terjadi tatkala pencabutan nyawa saat mati, serta keadaan dinalam kubur dan hari kiamat.
5.      Berdoa kepada Allah Swt, semoga Allah Swt memudahkan hilangnya kekurangan yang pada diri orng yag suka banyak canda. Karena aib-aib yaang tidak dapat hilang kecuali dengan doa.”
6.      Adanya kesungguhan dari diri sendiri untuk ”menguatkan tali pengikat jiwa”. Karenanya, tidak ada canda pada saat serius, dan hendaknya kalau toh bercanda, canda itu tidak keluar dari kaidah-kaidah yang disebutkan tadi.
7.      Berfikir sekaligus merenungi dampak-dampak negatif dari banyak canda dengan disertai merenungi kerusakan-kerusakannya yang bisa brbalik kepada para pecanda.


l. MASALAH PENTING LAINNYA DAN SEKITAR CANDA.

1.      Di dlam kitab “ ‘aunul ma’bud” terdapat ta’liq (penjelasan) sebagai berikut:
Rasulullah Saw dulu pernah bercanda dengan para sahabat. Tetapi beliau tidak pernah berkata kecuali yang benar. At Tirmidzi telah meriwayatkan dari haditsnya Ibnu ‘Abbas secara marfu’sebagiai berikut:
“ janganlah engkau mendebat saudaramu (semuslim), dan jangan pula engkau mencandainya.”
Dari  terjemahan di atas dapat disimpulakan bahwa yang dilarang oleh agama adalah canda itu sebagai suatu rutinitas, sehingga dapat melalaikan hati dan lupa berdzikir kepada Allah Swt dan menjadi lupa untuk bertafakkur terhadap kepentingan- kpentingan dien. Selain itu juga dapat menagkibatkan kekerasan hati.
2.      Imaam Al Bukhari Rahimahullah meriwayatkan bahwa Sayyidina Umar Ra pernah meminta izin untuk menemui rasulullah Saw. Pada waktu itu beberapa orang permpuan Quraisy sedang berradaa diposisi Rasulullah. Mereka hendak meminta keterangan yang lebih banyak kepada Nabi dengan suara yang keras melebihi suara Nabi Saw sendiri. Tetapi tatkala Umar Ra meminta izin masuk kepada Rasulullah Saw, para perempuan itu lekas menurunkan hijabnya (untuk menutupi wajah mereka dari yang bukan mahram). Nabi Saw lalu menizinkan Umar RA masuk, dan Umar pun masuklah. Umar melihat Rasulullah Saw tertawa. Melihat Rasulullah tertawa, Umar berkata, “semoga Allah membuat engkau tertawa, wahai rasulullah.” Rasulullah lalu berkata “saya takjub dengan perempuan-perempuan yang berada di sisiku. Ketika mereka mendengar suaramu, mereka pun lekas berhijab.”
3.      Abdul Faraj di dalam kitab “shaidul Khaathir” mengatakan bahwa sebagian kaum salaf pernah  berkata, “dahulu ketika keluar kami selalu tertawa. Namun, jika kami dijadikan panutan (ada orang yang meneladani kami), maka kami melihat dia tidak akan dapat menguasai kami.”
4.       Kaum sufi fanatik berkata, “janganlah kamu tertawa, jika kamu tertawa, cepatlah beristigfar (meminta amoun kepada Allah Swt).”untuk menanggapi perkataan semacam itu kita harus mengatakan bahwa Rasulullah Saw yang merupakan sebaik-baik manusia juga pernah tertawa dan tersenyum. Lantas mengapa kita harus melarang orang(secara mutlak) untuk tertawa? Untuk itu kita harus selalu ingat sabda Rasulullah Saw yang artinya:

“ Binasalah (celakalah) orang-orang mutanaththi’uun, yaitu orang-orang yang berlebihan dalam ucapan dan perbuatan.
5.      Saat ini banyak beredar buku-buku tentang lelucon dan keanehan-keanehan tentang manusia, misalnya buku “Akhhbaarul Ahamqaa Wal Mughaffalin” (berita-berita tentang orang Bego dan Bodoh), “Tharaaif Wa Nawaadir (Anekdot-anekdot dan keanehan-keanehan juhaa), dan buku- buku guyonan lain yang banyak memuat hal-hal yang bertentangan dengan syariat. Kita tidak boleh mengemukakan dan menceritakannya kepada masyarakat.
6.      Termasuk sesuatu yang dinisbatkan ke masalah canda adalah mushara’ah (pergulatan) di antara sesama anak muda. Hal ini banyak dampak negatifnya dan terkadang menjurus ke marabahnya. Mushara’ah terkadang dapat menyebabkan permusuhan  dan kedengkian antara yang menang dan yang kalah. Bahkan salah seorang masyayikh diantara remaja bisa menggelicirkan mereka pada akibat-abikat yang hanya diiketahui oleh Allah saja.
7.      Di dalam kitab “Shahihul Bukhari”, pada bab “tersenyum  dan tertawa”, tersebut riwayat bahwa fathimah Ra pernah berkata, rasulullah Saw pernah meyenangkan hatiku dengan berita gembira atau yang lainnya, lalu aku tertawa.
8.      Sebuah Fatwa tentang berbohong di saat bercanda. As Syekh Ibnu ‘Utsaimin pernah ditanya,” sebagian orang ketika bercanda dengan kawan-kawannya menyelipkan suatu kebohongan untuk membuat kawan-kawannya tertawa. Apakah hal ini dilarang dalam Islam?” As Syekh Ibnu ‘Utsaimin menjawab, “ ya, hal itu dilarang dalam Islam, karena semua jenis kebohongan dilarang dan wajib dihindari.”

Rasulullah Saw juga telah bersabda yang artinya:
“Celakalah orang yang berdua untuk membuat tertawa suatu kaum dengan kedustaan itu. Celaka baginya... celaka baginya.”

Oleh karena itu kita harus mengingkari semua jenis dusta yang bertujuan untuk membuat tertawa orang-orang baik secara canda maupun serius. Apabila seseorang membiasakan diri untuk  berlaku jujur dan tidak berdusta, dan terus menuntut kebenaran itu, maka ia akan menjadi orang yang lahir dan bathinnya.










5.       
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Canda tercela ialah canda yang mengandung kebohongan.  Canda itu hukumnya sunnah dan dianjurkan karena di dalam canda ada unsur mengibur hati dan membuat suasana menjadi hangat. Cuma diisyaratkan agar ketika agar bercanda hendaknya dihindari perbuatan qadsaf (maki-makian) dan ghibah (mengunjing/memfitnah), serta tidak berlebihan sehingga tidak sampai menghilangkan rasa malu dan tidak mengurangi wibawa.
 Tatkala bercanda juga harus dihindari tatkala bercanda juga dihindari tindakan dan perkataan yang keji karena hal itu dapat menimbulkan iri hati dan kedengkian yang tersembunyi. Yang perlu kita tegaskan disini ialah bahwa canda yang tercela dapat berkaibat menggelincirkan pelakunya ke jurang kehancuran, baik disadari maupun tidak. Untuk itu kita wajib  mengetahui kaidah-kaidah (batasan-batasan) canda agar tidak keluar dari kelakar canda yang diperbolehkan.
Oleh karena itu orang yang sudah “terlanjur”melakukan perbuatan tersebut, maka dia wajib segera bertaubat kepada Allah Swt. Bila dia tidak melakukannya maka dia termasuk kategori nifaq (sifat orang menuafik). Oleh karena itu perbuatan semacam itu harus ditebus dengan taubat dengan istighfar kepada Allah sambil terus memperbaiki amal perbutannya, serta menanamkan dalam hati  rasa takut kepada Allah Swt, mengagungkan-Nya, dan mencintai-Nya. Hanya Allah pelindung dan pemberi taufik.
B.     Saran
Bercanda hendaknya tidak mengandung dzikir kepada Allah dan ayat-ayat-Nya, juga tidak mengandung hadits Rasulullah Saw dan Syair-syair islam lainnya, canda hendaknya tdiak mengandung unsur menyaikiti kepada seseorang, tidak mengandung suatu kebohongan ghibah (mengunjing/memfitnah) dan sesuatu yang kotor (cabut), serta tidak melampaui batas yang logis (ma’qul). Kita juga menghindari dusta yang bertujuan untuk membuat tertawa orang-orang, baik secara canda maupun serius. Seorang membiasakan diri untuk berlaku jujur dan tidak berdusta, dan terus menuntut kebenaran itu, maka ia akan menjadi orang benar lahir bathinnya.










DAFTAR PUSAKA
Abu Abdillah Muhammad bin Muflih Al Maqdi Al Hambali, Al Adab As Syar’iyah Wal Minah Al mar’iyah , Maktabah Ibnu Taimiyah

0 Response to "PEMUDA DAN CANDA"

Posting Komentar