LAPORAN KEGIATAN GEMAR MEMBACA
TEORI DAN ANALISIS POLITIK PEMERINTAHAN
Disusun
Oleh:
ARIF DARMAWAN
KEMENTRIAN AGAMA
MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 (MODEL) LUBUKLINGGAU
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
HALAMAN PENGESAHAN
TEORI DAN ANALISIS POLITIK PEMERINTAHAN
Disahkan
Oleh:
Mengetahui Lubuklinggau, Oktober 2015
Kepala MAN 1 (Model) Lubuklinggau Guru Pembimbing
RUSMALA DEWI Z,
S.Pd.MM ENDAH PUJI
SURYATI,
S.Pd
NIP. 19671104 199603 2001 NIP. 19770608 200501 2 004
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN
PENGESAHAN...................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR
ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. LATAR BELAKANG KEGIATAN............................................................1
B. TUJUAN KEGIATAN.................................................................................1
BAB II HASIL RESUME......................................................................................2
KEKUATAN POLITIK
A. Militer..........................................................................................................2
B. Partai Politik................................................................................................3
C. Cendikiawan................................................................................................4
D. Mahasiswa...................................................................................................5
ISU POLITIK PEMERINTAHAN
A. Jenis Isu.......................................................................................................6
B. Tingkat dan Sebaran Isu..............................................................................6
C. Teknik Antisipasi Isu...................................................................................7
DINAMIKA POLITIK PEMERINTAHAN
A. Kondisi Eksekutif dan Legislatif.................................................................9
B. Partisipasi Politik Rakyat............................................................................9
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................11
A.
KESIMPULAN......................................................................................................11
B.
SARAN..................................................................................................................11
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................................12
Kata
Pengantar
Alhamdulillah, dengan rasa syukur kehadiran Allah
SWT, Yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kita semua. Tentunya tak lupa
pula Shalawat serta salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Penulisan laporan ini dapat di
selesaikan dengan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, dari itu saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu RUSMALA DEWI ZZ, S.Pd.MM selaku kepala MA negeri 1 (model) Lubuklinggau yang telah membuat program yang inovatif dan bermanfaat
bagi penulis dan siswa lainnya.
2. Ibu ENDAH
PUJI SURYATI, S.Pd selaku guru pembimbing yang telah membantu banyak hal yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan
ini.
3 3. Orang
tua yang telah memberikan motivasi serta do’a kepada penulis selama mengajarkan
resume ini.
4. Teman-teman
tersayang seperjuangan di kelas XII IPS II Yang memberikan dukungan sepenuh hati.
Resume ini saya buat dengan sungguh-sungguh atas
usaha semampu saya dengan di tunjang beberapa resensi. Saya berharap bagi para
pembaca juga menyadari bahwa dalam pembuatan resume ini banyak kekurangan, maka
dari itu saya minta kritik dan saran dari pembaca resume saya selanjutnya.
Lubuklinggau, Oktober 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Sebagai objek analisis politik pemerintahan, diperlukan
indikator-indikator yang mendukung kesimpulan yang diambil dalam sebuah
analisis. Apakah pemerintah telah menjalankan negara sesuai dengan ideologi
nasional? Seberapa besar kekuatan politik komponen bangsa, antara militer,
partai politik, pemuka agama, cendikiawan, pengusaha, mahasiswa, dan kaum
oposisi di Indonesia? Seberapa jauh faktor sosiologis, ekonomis, kultur budaya
bangsa mempengaruhi dinamika perpolitikan nasional? Beberapa peryataan tersebut
dapat dijadikan indikator dalam melakukan penganalisisan. Kesemuanya itu
dijadikan parameter dalam melihat pengaruh politik dalam kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah.
B.
TUJUAN
KEGIATAN
-
Menyelesaikan tugas Budaya Gemar Membaca.
-
Belajar menjadi warga negara yang baik.
-
Menambah wawasan dalam bidang politik.
BAB II
HASIL RESUME
KEKUATAN
POLITIK
A. Militer
Pada mulanya militer dibentuk untuk
mempertahankan nagara, pada berbagai pemerintahan sudah barang tentu militer
dibentuk di bawah eksekutif yang palingmanya disederajatkan dengan mentri
kabinet.
Di negara-negara moderat yang sudah maju
dan demokratis militer hanya mengurus persoalanpengamanan negara, sedangkan
ketertiban dipegang oleh kepolisian, sehingga tidak sedikit menteri pertahanan
dipisahkan dan dipegang oleh seorang sipil.
Hanya saja beberapa aparat militer yang
cukup profesional tidak menutup kemungkinan untuk ikut berpolitik. Sepanjang
tidak menimbulkan dominasi militer yang berlebihan sebagaimana yang pernah
terjadi dibeberapa negara berkembang dunia.
Mengkaji berbagai sumber kekuasaan maka
sebagaimana kita ketahui bersama bahwa kekuasaan dapat berawal dari kekuatan
paksaan, karena militer memiliki senjata secara sah terlegitimasi, maka akan
merupakan kekuatan politik untuk ditakuti.
Sejalan dengan itu pada pihak pemerintah
sipil juga terbuka kesempatan untuk saling tuding, saling kolusi dan tidak
terkoordinasi dalam pembangunan. Dengan dalih menegakan persatuan dan kesatuan
inilah militer mengambil bagian di bidang politik pemerintahan.
Hanya sekarang moral anggota militer itu
sendirilah yang dapat menjamin apakah dwifungsi mereka di saat keadaan damai,
apakah benar-benar ikut dalam tugas pembangunan atau hanya menjadi pelindung
perjudian, pelacuran atau menakuti rakyat sebagai penagih hutan
B. Partai Politik
Karena rakyat itu jumlahnya besar tetapi
hanya diam maka tidak semua dapat terwakili di parlemen, inilah yang menjadi
cikal bakal dibentuknya partai politik yang akan duduk di lembaga legislatif
tersebut.
Jadi partai politik adalah sekelompok
orang-orang satu ide dan memiliki cita-cita yang sama dalam suatu level negara,
yang terorganisasi dengan raprientasi dalam terhadapi terutama dalam orientasi
terhadap nilai-nilai kehidupan, oleh karena itu mereka mempunyai sasaran
merebut kedudukan politik tertentu sehingga memperjuangkan kekuasaan, agar
secara konstitusional, absah dilegitimasi serta kebijaksanaannya diterima
kemudian ikut dalam pengambilan keputusan pemerintahan.
Anggota partai politik inilah nanti yang
akan banyak membela kepentingan rakyat tetapi yang sesuai dengan ide partainya.
Mereka harus banyak mencari masukan sesuai hak-hak yang mereka punyai didewan
perwakilan rakyat di negara mana pun mereka tinggal, seperti hak budget, hak petisi,
hak interprestasi, hak amandemen, hak angket, hak inisiatif, hak prakarsa dan
lain-lain.
Partai politik ini muncul sebagai
kontestan pemilihan umum yang mendapatkan dukungan dari berbagai kalangan
masyarakat yang berhasil mereka pengaruhi, mereka mengumpulkan dana yang besar
diperlukan untuk kampanye pemilihan umum.
Namun demikian juga tidak sedikit partai
politik ini diadopsi oleh rezim politik yang melancarkan pemilihan umum
rekayasa. Terutama dalam pemerintahan yang mengaku demokratis tetapi presidenya
tidak pernah diganti, sehingga untuk mengelabuhi masyarakat direkayasalah
partai yang memuat seluruh anggota keluarga sang presiden agar terlihat
memperhatikan kepentingan rakyat banyak, namun dengan kesenjangan ekonomi
sangat mencolok.
C. Cendikiawan
Para ilmuwan adalah orang yang mampu
berlogika membedakan mana yang benar dan mana yang salah sesuai disiplin
ilmunya masing-masing.Apabila yang bersangkutan melihat ketidakbenaran, maka
naluri keilmuannya menyangkal kendati pun ia akan berhadapan dengan penguasa
yang memaksanya untuk melakukan pembenaran terhadap sesuatu yang salah.
Karena para ilmuwan adalah dosen pada
perguruan tingginya masing-masing, dia dapat memengaruhi penghuni kampusnya
untuk melawan penguasa. Itulah sebabnya tidak sedikit penguasa dinegara-negara
yang tirani mengebiri kampus dengan memasok tukang pukulnya yang bersepatu
laras ke kampus terhormat suatu perguruan tinggi.
Pada kesempatan lain ada pula ilmuwan
(baik ilmuwan politik maupun bukan ilmuwan yang menggeluti disiplin ilmu
politik) yang sekaligus terlibat langsung dalam politik praktis (maksudnya
menjadi pejabat birokrasi pemerintahan ataupun menjadi supra struktur politik
di lembaga legislatif.
Kendatipun yang bersangkutan tahu akan terjadi
ketiranian suatu rezim, namun mereka menyangkalnya bahkan berkenaan membuat
pernyataan salah dengan menjual ilmunya. Dalam agama Islam runtuhnya suatu
pemerintahan adalah karena beberapa sebab yaitu pemimpin yang tidak adil,
ilmuwan yang memutar balik ilmunya, ulama yang berbohong tentang ayat Allah dan
pedagang yang menimbun barang untuk keuntungan pribadinya.
Setelah itu Allah Yang Maha Mengatur
akan menghancurkan umat itu sehancur-hancurnya dan setelah itu diganti dengan
yang lebih baik.
Memang selama ini rezim yang diktator tidak pernah bertahan lebih dari
satu abad, hanya tentu kita tidak harus menunggu sampai hancur sedemikian rupa.
D. Mahasiswa
Mereka baru saja tamat sekolah menengah
tingkat atas, baik dari berbagai sekolah umum maupun kejuruan. Begitu duduk di
bangku perguruan tinggi, terasa dunia seakan hanya milik mereka, apalagi dengan
semangat yang membara ingin memperjuangkan dan menegakkan kebenaran, ditambah
oleh kuliah dari dosen-dosen mereka yang idealis.
Dengan konsep yang tidak terlalu jelas,
mereka akan mengumandangkan protes, demonstrasi dan tawuran kepada pemerintah
yang dianggap korup, dekadensi, tidak adil, biasanya disebabkan kenaikan harga
yang juga mereka rasakan dikampus-kampus. Semangat mereka tinggi walaupun
dengan persiapan yang tidak terlalu matang.
Semakin ditonton oleh gaid-gadis cantik
ataupun pacar mereka, semangat untuk demonstrasi semakin membara, apalagi
ditambah oleh film-film perjuangan yang mereka tonton serta berpengaruh di
batin mereka. Itulah sebabnya mereka memakai ikat kepala dan mengibarkan
bendera karena terbayang akan kegagahan tokoh yang mereka idolakan.
Kampus memang tempat mimbar bebas yang
mengawali seorang mahasiswa mengenal kehidupan politik, kendatipun yang
bersangkutan bukan dari jurusan ilmu politik ataupun ilmu-ilomu sosial lainya.
Berita-berita dikoran yang memelas serta memprihatinkan terasa dapat mereka
perjuangkan dalam sekejap. Sehingga dengan begitu mereka menjadi pahlawan.
Semangat mahasiswa ini didorong pula
oleh fisiknya yang masih mantap, dan selama ini mereka mendengar masyarakat
mengidealisasi mereka, terutama dikota perkampusan para mahasiswa menempati tempat
yang disoroti umum, mereka yang bereaksi ini terdiri dari golongan muda
tertentu, baik yang berpendidikan formal ataupun tidak yang kemudian kita beri
nama aktivis.
Mahasiswa inilah kemudian yang
memengaruhi para tukang becak, cleaning
service, pedagang kaki lima dan sebagainya untuk ikut dalam demonstrasi
mereka.
ISU
POLITIK PEMERINTAHAN
A. Jenis Isu
Isu adalah berita
beredar yang simpang siur karena terdiri dari berbagai sumber, oleh karena itu
terdapat berbagai isu yaitu antara lain :
1.
Isu yang sengaja dilempar oleh kelompok
kepentingan (interest group) sebagai manuver untuk mengetahui sejauh mana
masyarakat politik suka ataupun tidak suka (resah) oleh isu tersebut.
Contoh
: Sewaktu Juwono Sudarsono melempar isu bahwa masyarakat sipil belum mampu
menjadi presiden RI setelah Soekarno dan Soeharto.
2.
Isu yang disebarkan oleh pihak oposisi
agar masyarakat politik mengetahui bahwa pemerintah yang sedang berkuasa sudah
korup, tidak adil, zalim serta tidak layak untuk ikuti.
Contoh
: Ketika Imam Khoimeini mengirimkan pidato beliau dalam bentuk kaset dan
selebaran dari pengasingannya di Prancis.
3.
Isu yang dipromosikan oleh pemerintah
sebagai penguasa politik untuk menjawab tantangan, rintangan, hambatan dan
gangguan agar masyarakat politik tidak terjangkit gejolak politik yang lebih
rawan.
Contoh
: Ketika rezim Marcos membantah bahwa oposisi yang dipimpin Ny. Corazon Aquino
sudah menguasai keadaan dengan memimpin demonstrasi damai. Isu bantahan ini
dilempar melewati pers (radio, televisi, majalah, koran) resmi.
Itulah sebabnya di negara-negara tirani,
pemerintah sengaja menjadikan departemen penerangan sebagai pengawas jalannya
pemberitaan, sehingga dapat memodifikasi berita agar tidak merawankan atau
membantah tuduhan yang meresahkan, kendatipun tuduhan itu ada benarnya.
B. Tingkat dan Sebaran Isu
Ada isu yang tidak berekses negatif
tetapi ada pula isu yang menimbulkan dampak besar karena resahnya masyarakat,
oleh karena itu keadaan itu sendiri yang perlu dibedakan atas sebagai berikut :
1.
Keadaan Aman, walupun isu sudah beredar
tetapi hanya berbentuk rumor segar yang lucu dikalangan anak muda, misalnya
mengenai perilaku pejabat, monopoli perdagangan, kolusi, hukum yang tidak
berjalan, moral aparat dan lain-lain.
2.
Keadaan Rawan, isu yang beredar mulai
dirasakan kebenarannya, toko-toko mulai tutup, pengangguran mulai banyak karena
PHK, pusat perbelanjaan sepi, kesenjangan tampak mencolok mata. Isu muncul
dalam bentuk selebaran yang dibagikan.
3.
Keadaan Gawat, orang banyak berkumpul
karena menunggu angkutan kota yang mogok, mereka yang dipecat menggerombol di
pinggir jalan, sedikit saja petugas menyakiti mereka bisa meletuskan keadaan,
bahkan orang gila mengamuk pun membahayakan.
4.
Keadaan Kritis, isu dipajang dalam
bentuk poster dengan berani, kekuatan rakyat menjadi satu karena tuntutannya
sama, pemerintah mulai kehilangan kewibawaan karena krisis kepercayaan, bahkan
setiap himbauan berakibat masyarakat semakin emosi. Untuk ini aparat sudah mengumumkan
kesiagaan.
Dalam teori politik, isu poilitik dapat
hilang oleh kenyataan politik, contohnya bagaimanapun seorang pejabat dituduh
korupsi karena menikah dengan mewah untuk kesekian kalinya, dapat dilupakan
orang dari peredaran isu karena kenyataannya aman-aman saja. Kecuali bila suatu
saat ada yang mengungkitnya kembali. Oleh karena itu aparat birokrasi menuduh
lawan politik yang meletuskan ini sebagai aktor intelektual yang menyulut
situasi.
C. Teknik Antisipasi Isu
Daerah slum yang penghuninya dilarang
mendirikan bangunan, tidak akan mungkin didirikan puskesmas. Tetapi karena
daerah tersebut tempat menumpuknya para pendatang tidak diundang dari desa-desa
sepeti di sepanjang jalan kereta api, di pinggit terminal bus, di pelabuhan
laut. Mereka mau tidak mau telah mendirikan bangunan yang sudah barang tentu
tidak permanen sama sekali. Kantong-kantong kemiskinan seperti ini pada
giliranya menjadi sumber obyekan para mucikari untuk mendirikan lokalisasi
pelacuran. Di samping itu juga menjadi tempat mangkal pencopet, pengamen,
pengemis dan tukang becak serta para pedagang kaki lima.
Berbagai jasa pelayanan sengaja memang
tidak dibuat karena pemerintah memang tidak menginginkan di lokasi tersebut
didirikan bangunan, oleh karena itu secara tradisional berdirilah pasar,
penjual obat dan layar tancap sesukanya. Kecemburuan sosial kepada pemerintah
sangat tinggi di daerah ini, karena besarnya jurang pemisah kesenjangan
ekonomi. Untuk pulang kembali ke kampung juga sudah sulit karena tujuan utama
datang ke ibukota adalah mencari pekerjaan. Jadi bila arak-arakan mahasiswa
membawa poster berpawai memprotes pemerintah melewati daerah ini, mereka dengan
cepat terbecut untuk ikut bergabung. Dan apabila makar sudah terjadi,
pembakaran dan penjarahan pun tidak dapat dihindari.
Untuk mengantisipasi apa yang telah
disampaikan di muka, maka pencegahannya dilakukan sebagai berikut :
1. Koran,
majalah, televisi dan radio (baik milik negara maupun milik swasta) dikebiri,
dimonitor dan diawasi dengan ketat agar tidak memperkeruh suasana.
2. Kepada
para mahasiswa diberlakuakan sistem pengajaran yang ketat dan dipecat apabila
meninggalkan perkuliahan dalam waktu yang ditentukan.
3. Para
ulama dan rohaniwan yang sangat ketat hubungan emosionalnya dengan jamaahnya,
didekati dengan memberikan sumbangan ataupun menukar pengurusnya.
4. Diberlakukan
undang-undang darurat untuk menjerat pelaku kerusuhan sebagai subversi yang
menentang kewibawaan pemerintah yang sah.
5. Diadakannya
jam malam, larangan berkumpul, sekaligus mengantisipasi tempat-tempat hiburan,
pasar, kantor, kampus, rumah ibadah.
Hanya saja sudah barang tentu semuanya
ini akan mengebiri kemerdekaan rakyat yang seharusnya mempunyai hak untuk
mengemukakan pendapatnya.
DINAMIKA
POLITIK PEMERINTAHAN
A. Kondisi Eksekutif dan Legislatif
Eksekutif adalah penyelenggara roda pemerintahan untuk
itu diperlukan dana agar penyelenggaraan terbiayai. Sebelum kekayaan negara
tergali dan utang luar negeri diperoleh, eksekutif memungut berbagai pajak dan
retribusi dari rakyat. Untuk itu agar penyelenggaraan pemerintahan tidak hanya
menghamburkan uang rakyat, maka diperlukan aparat legistatif yang mewakili
rakyat untuk mengontrol jalanya roda pemerintahan, itulah sebabnya legislatif
disebut juga sebagai parlemen agar dalam rapat legislatif menyampaikan suara
rakyat.
Tetapi di berbagai daerah sebagai
penjabaran kepanjangan tangan pemerintah pusat, legislatif menumpang kantor
pada pemerintah eksekutif, bahkan sekretariat legislatif dipercaya pemangkuan
jabatannya pada eksekutif sehingga terjadi pengebiran aspirasi. Kemudian
walaupun legislatif diberikan seperangkat hak seperti hak bertanya dan
mengajukan pendapat bahkan melakukan penelitian ke daerah kerjanya, dia dibina
oleh sejumlah tata tertib yang membuat dirinya tidak memiliki keleluasaan.
B. Partisipasi Politik Rakyat
Partisipasi adalah penentuan sikap dan
keterlibatan hasrat setiap individu dalam situasi dan kondisi organisasinya,
sehingga pada akhirnya mendorong individu tersebut untuk berperan serta, dalam
pencapaian tujuan organisasi. Selanjutnya yang bersangkutan akan mengambil
bagian dalam setiap pertanggungjawaban. (Davis)
Khusus untuk partisipasi politik rakyat
dapat didefinisiskan sebagai kegiatan warga negara yang bertujuan untuk
mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah. (Samuel Huntington dan Joan
Nelson)
Namun demikian didapati tingkatan
partisipasi politik yang berbeda dalam suatu sistem politik dengan yang lain,
tetapi partisipasi pada suatu tingkat hirarki tidak merupakan prasyarat bagi
partisipasi pada suatu tingkatan yang lebih tinggi.
Partisipasi berbeda-beda dalam suatu
sistem politik dengan sistem politik lain sangat penting. Hal ini karena
pengaruh ruang waktu setempat termasuk budaya politik masyarakat. Akan terdapat
berbagai pembatasan pada partisipasi politik ada yang formal dan ada pula yang
informal. Bahkan ada kelompok apatis yang menghindarkan diri dari segala
kegiatan politik, maksudnya tidak peduli dengan pemilu, sidang umum, adanya
kepartaian, namun tetap menghindarkan diri dari terjadinya keributan.
Di Indonesia hal ini diciptakan
pemerintah bahkan dibiarkan mengambang dengan tidak memberikan izin pada
munculnya komisariat tingkat kecamatan dan desa untuk keberadaan partai
politik.
Apabila pemilihan umum tiba mereka
diminta untuk mencoblos tanda gambar yang tidak jelas siapa yang akan mewakili
suara mereka diparlemen. Hal ini sudah barang tentu dengan tetap mempertahankan
sistem pemilihan umum proporsional. Tidak satu orang pun memprotes munculnya
wakil kaum buruh yang memiliki kasus menyetrika punggung pembantu rumah
tangganya sendiri, jadi bagaimana mungkin sang wakil akan mewakili kaum buruh
apabila buruh yang ada dirumahnya dianiaya yang bersangkutan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Sebagai objek analisis politik
pemerintahan, diperlukan indikator-indikator yang mendukung kesimpulan yang
diambil dalam sebuah analisis. Apakah pemerintah telah menjalankan negara
sesuai dengan ideologi nasional? Seberapa besar kekuatan politik komponen
bangsa, antara militer, partai politik, pemuka agama, cendikiawan, pengusaha,
mahasiswa, dan kaum oposisi di Indonesia? Seberapa jauh faktor sosiologis,
ekonomis, kultur budaya bangsa mempengaruhi dinamika perpolitikan nasional
B.
SARAN
Resume ini dapat
dijadikan sumber referensi bagi para pambaca nantinya yang berminat dalam
bidang politik yang insyaallah nantinya akan menjadi pemimpin bangsa.
DAFTAR
ISI
Syafiie,
Inu Kencana.2008.”Teori dan Analisis Politik Pemerintahan”. Jakarta: PT. Perca.
0 Response to "TEORI DAN ANALISIS POLITIK PEMERINTAHAN"
Posting Komentar